Nationalgeographic.co.id - Bagaimana kabar dari luar negeri mengenai kejadian G30S? Menurut artikel Nugroho Notosusanto di Intisari tahun 1967, pers di negara-negara blok komunis lebih menyorot bahwa G30S tak lain adalah konflik internal Angkatan Darat yang tidak didalangi PKI. Bahkan pers dari Soviet mengecam munculnya Orde Baru. Tetapi untuk pers di negara kapitalis, banyak yang tidak memberitakan hal ini.Nugroho Notosusanto lalu menyorot tulisan Dr Justus M van der Kroef, seorang guru besar dari University of Bridgeport, Amerika Serikat. Sarjana Amerika keturunan Belanda ini di Indonesia dikenal karena bukunya Indonesia in the Modern World (I -II, 1954, + 1956) dan The Communist Party of Indonesia (1965). Karangan Van der Kroef terdapat di dalam majalah ORBIS, X, No. 2; Slimmer 1966), dan berjudul Gestapu in Indonesia.Analisisnya dianggap keliru oleh Nugroho Notosusanto walau masuk akal. Menurut Van der Kroef, tujuan Gestapu adalah tiga: Mendorong kemudi pemerintahan ke demokrasi rakyat ala komunis, menghancurkan struktur komando Angkatan Darat, dan membentuk daerah basis di Merapi-Merbabu ala Mao Tse Tung.
Baca Juga : Bagaimana Cara Belanda Menanggapi Sejarah Kemerdekaan Indonesia?Menurut Van der Kroef, motif Gestapu adalah militansi revolusioner yang ditingkatkan oleh PKI, semisal jika Soekarno meninggal, maka PKI harus bersiap menghadapi pertempuran karena itu PKI harus mempersiapkan diri, kalau bisa memukul lebih dulu.Tulisan kedua ada dari Dr John O Sutter, seorang Senior Research Associate dari Asia Foundation, yang menulis artikel berjudul Two Faces of Konfrontation: Crush Malaysia and the Gestapu yang dirilis di majalah Asian Survey Oktober 1966, yang menurut Nugroho Notosusanto tidak akurat. Lalu Nugroho juga menyorot artikel John Hughes berjudul Upheaval in Indonesia yang terbit tahun 1967 dan menyayangkan kenapa artikelnya menyorot korban-korban saja. Selain itu, beberapa judul disebut seperti artikel Clarence W Hall yang berjudul Indonesia's Night of Terror, Dawn of Hope yang dirilis di Reader's Digest Oktober 1966 dan tulisan Horace Sutton, Indonesia's Night of Terror dalam Saturday Review 4 Februari 1967. Lagi-lagi menurut Nugroho tulisan asing tersebut ngawur sebab seolah tidak kenal dengan Indonesia.Kemudian tulisan Dr Donald Hindley dalam Journal of Asian Science, Februari 1967, yang berjudul Political Power and The October 1965 Coup in Indonesia. Tulisannya dianggap mendalam dan hati-hati oleh Nugroho. Bagi Nugroho, Cornell Paper dianggap sebagai negatif sebab menggambarkan bahwa G30S adalah konflik internal Angkatan Darat. Aslinya Cornell Paper adalah rahasia pada masanya, tetapi keberadaannya bocor setelah muncul di artikel tulisan Joseph Kraft di The Washington Post tahun 1966.
Baca Juga : Lima Kisah Penyelamatan Paling Dramatis dalam Sejarah Dunia