Suku Zoe, Suku Pedalaman Paling Bahagia Terisolasi dari Dunia Luar

By Loretta Novelia Putri, Rabu, 10 Oktober 2018 | 15:28 WIB
Suku Zoe (snn.bz)

Nationalgeographic.co.id - Terisolasi dari dunia, di dalam luasnya hutan yang sangat lebat dan penuh dengan misteri. Bisa jadi suku Zoe adalah salah satu contoh suku yang memahami betul arti dari kebahagiaan.

Tersembunyi jauh dari kemajuan yang mengancam budaya leluhur mereka, suku Zoe tidak memakai alas kaki. Sentuhan dan interaksi mereka dengan Bumi seakan tergambar dari hal ini.

Dalam keseharian, mereka hidup dengan tenang dan damai. Berbeda dengan gambaran kehidupan sosial saat ini, terutama ketika mulai tercampur dengan urusan politik. Mereka selalu bersama dan jauh dari individualisme.

Baca Juga : Objek Misterius Mirip Piring Terbang Terdampar di Pulau Seabrook

Bahkan kehidupan mereka yang berlangsung di tengah linkungan keras dan tidak bersahabat, tidak membuat mereka menjadi seorang yang keras. Mereka bahkan berhasil membangung kehidupan yang tenang.

Tidak heran bila mereka mendapat predikat sebagai suku yang paling bahagia dan damai. Mereka juga dikenal dengan keramahan dan perilaku yang menunjukkan kasih sayang. Hal ini terlihat dari perilaku mereka yang rutin menyentuh dan membelai sebagai rasa hormat dan cinta.

Suku Zoe hidup di dalam hutan amazon, Brasil, di antara tepi sungai erepecuru cuminapanema. Rumah mereka terbuat dari kayu besar dan atap yang terbuat dari jerami serta dedaunan besar. Satu keluarga yang tinggal di dalam rumah tersebut berbagai fasilitas, seperti kasur gantung yang terbuat dari serat yang di buat oleh para wanita.

(Fiona Watson/Survival)

Ketika berburu, mereka akan melakukannya secara sendiri-sendiri. Namun bila sumber makanan mereka ini tersedia banyak—monyet, ikan, atau burung—mereka akan berburu secara berkelompok. Tujuannya adalah agar proses berburu menjadi lebih mudah.

Suku Zoe memakai sepotong kayu berbentuk kerucut yang dipasang menembus bawah bibir mereka. Kayu tersebut bernama Poturu. Fungsinya adalah untuk mebedakan suku Zoe dengan suku lainnya.

Sejak kecil, antara usia 7 hingga 9 tahun, suku Zoe memasangkan Poturu kepada anak-anaknya. Bahkan Poturu juga akan diganti dengan Poturu yang lebih besar, seiring dengan pertambahan usia mereka. Tidak berhenti sampai di situ, mereka bahkan mengenakan Poturu hingga embusan nafas terakhir.

Baca Juga : Perang Tersingkat Sepanjang Sejarah, Inggris Melawan Zanzibar

Suku Zoe dalam kehidupan sosialnya tidak mengenal adanya pemimpin. Mereka lebih senang mendengarkan nasihat dari para sesepuh. Sebuah keputusan pun diambil secara bersama-sama.

Walau hidup di hutan belantara Amazon yang gelap dan kejam, tetapi mereka bisa tetap hidup secara bersama-sama dan berdampingan. Tidak ada kemarahan bahkan perselisihan. Hukumannya berat bila mereka terlibat perselisihan. Mereka harus pergi meninggalkan keluarga dan desa tersebut.