Burung Hantu Berburu pada Siang Hari? Setidaknya 48 Juta Tahun Lalu

By Loretta Novelia Putri, Selasa, 30 Oktober 2018 | 12:55 WIB
Paleontolog menemukan fosil burung hantu ()

Nationalgeographic.co.id - Sekitar 48 juta tahun yang lalu, burung hantu berburu mencari mangsa pada siang hari. Berbeda dengan apa yang selama ini kita ketahui bahwa mereka berburu pada malam hari. Hal inilah yang kemudian membuat mereka dikategorikan sebagai hewan nokturnal.

Peneliti menyimpulkan hal tersebut berdasarkan temuan fosil burung hantu yang terawetkan dengan baik. Dari fosil tersebut, mereka melihat bahwa tengkorak burung hantu yang sudah menjadi fosil ini memiliki ciri khas seperti burung elang modern yang juga berburu di siang hari.

"Jelas saja temuan ini menjadi hal yang luar biasa. Terutama karena sangat jarang menemukan fosil burung hantu yang relatif baik," ucap Elizabeth Freedman Fowler, peneliti dari Dickinson State University di North Dakota seperti dikutip dari Kompas.com pada Senin (29/10/2018).

Baca Juga : Tidak Hanya Wortel, Buah Jeruk Juga Dapat Menjaga Kesehatan Mata

Karena fosil tersebut terawetkan dengan baik, peneliti dapat melihat bahwa bagian supraorbital, daerah di atas soket mata, memiliki tulang yang berlebih. Hal tersebut, membuat burung hantu memiliki topi bisbol mini di setiap matanya.

"Tulang yang berlebih ini memberi burung semacam naungan sehingga tidak silau. Fitur ini tidak ada pada burung nokturnal, tetapi ini umum dimiliki pada burung elang modern," ucap Denver Fowler selaku kurator paleontologi di Museum Dinosaurus Badlands di North Dakota.

Teknik terbang handal yang dimiliki burung hantu tak lepas kaitannya dari tepi bagian depan sayapnya (Svoboda Pavel/Shutterstock.com)

Secara evolusioner, peneliti tidak yakin apakah burung hantu tersebut memang merupakan moyang dari burung hantu nokturnal. Terdapat kemungkinan bahwa di dunia memang terdapat dua jenis burung hantu yaitu nokturnal dan diurnal.

Sampai sekarang pun memang masih dijumpai burung hantu yang aktif di siang hari. Di antaranya burung hantu hawk utara (Surnia ulula) dan burung hantu kerdil utara (Glaucidium gnoma).

Secara keseluruhan, peneliti memiliki sekitar 45 persen rangka burung hantu tersebut, termasuk tengkorak dan tulang kaki, sayap serta rahang bawah. Ini jauh lebih lengkap dibandingkan dengan temuan fosil burung hantu sebelumnya.

Baca Juga : Semakin Terancam Punah, Hanya Tersisa 6 Jenis Harimau di Dunia

Fosil burung hantu ini ditemukan pertama kali oleh John Alexander, seorang peneliti di Burke Museum of Natural History and Culture di University of Washington. Ia terkejut ketika menjumpai fosil yang ia gali ternyata merupakan burung pemangsa.

Penemuan tersebut akan dipresentasikan dalam pertemuan tahunan Society of Vertebrate Paleontology yang ke 78 pada 19 Oktober lalu.