Foto-foto Desa Doudo, Desa yang Berhasil Bangkit dari Kekeringan

By Gregorius Bhisma Adinaya, Rabu, 7 November 2018 | 13:44 WIB
Desa Doudo yang asri. (Bhisma Adinaya/National Geographic Indonesia)

Nationalgeographic.co.id - Musim hujan telah datang dan membasahi berbagai wilayah di Indonesia. Banyak orang kemudian mendoakan agar Kekeringan yang melanda sebagian daerah Indonesia dapat berangsur hilang.

Berbicara mengenai kekeringan, ada sebuah desa yang bahkan memiliki nama—salah satu versi—yang berarti jauh dari air, yakni Desa Doudo. Dakam bahasa Kawi, "Doh" berarti jauh, dan "Uda" memiliki arti air. Nama ini diberikan lantaran Desa tersebut memang terdapat di alam yang sulit untuk mendapatkan air bersih.

Desa yang terletak di Gresik, Jawa Timur ini berdiri di atas tanah merah, tanah hitam, dan materi kapur. Oleh sebab itu, hingga kedalaman 20 meter dari permukaan tanah, warga belum bisa mendapatkan air—kecuali pada Laga Geneng yang menghasilkan sedikit air.

Baca Juga : Desa Wisata Energi Migas Wonocolo, 'Texas' di Bumi Nusantara

Karena kelangkaan air inilah warga Desa Doudo juga dikenal sebagai masyarakat yang memanfaatkan air hujan sebagai pemenuhan kebutuhan akan air.

Namun keadaan mulai berubah ketika warga Desa Doudo mendapatkan bantuan pengeboran sumur dari Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Gresik. Tidak hanya itu, Pertamina EP Asset 4 Field Poleng juga memberikan bantuan perluasan akses air ke rumah penduduk.

Menyiram tanaman tanpa takut menyebabkan kekeringan. (Bhisma Adinaya/National Geographic Indonesia)

Bahkan desa yang dikenal akan kekeringan air, saat ini bisa dibilang menjadi desa yang mandiri akan salah satu sumber airnya. Warga dapat menyirami tanaman di desa dan mengisi air kolam ikan mereka tanpa perlu merasa was-was akan berdampak pada kekeringan.

Hijaunya tanaman di Desa Doudo disumbang dari air limbah toilet domestik yang sudah diolah menjadi air bersih. Tidak tanggung-tanggung, hampir semua rumah di sana tersambung dengan sistem pembuangan yang tersentral pada lokasi pengolahan air tersebut.

Pembuatan sarana lubang biopori secara mandiri. (Bhisma Adinaya/National Geographic Indonesia)

Selain menyimpan air, lubang biopori juga dapat membuat kompos. (Bhisma Adinaya/National Geographic Indonesia)

Warga menunjukkan lubang pengolahan akhir air. (Bhisma Adinaya/National Geographic Indonesia)

Warga mengolah limbah domestik menjadi air bersih. (Bhisma Adinaya/National Geographic Indonesia)