Tren Remaja Minum Air Rebusan Pembalut Demi Mendapat Sensasi Narkotika

By Gita Laras Widyaningrum, Kamis, 8 November 2018 | 15:28 WIB
Para remaja di Jawa Tengah diketahui kerap meminum air rebusan pembalut. (LexCollection/Getty Images/iStockphoto)

Nationalgeographic.co.id – Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Jawa Tengah menemukan fenomena mengejutkan: beberapa remaja di wilayah Pantura Timur—seperti  Kudus, Pati, dan Rembang—diketahui mengonsumsi air rebusan pembalut sebagai pengganti narkotika. Mayoritas penggunanya adalah anak-anak jalanan berusia 13-16 tahun.

Dilansir dari tribunnews.com, Kepala Bidang Pemberantasan BNN Provinsi Jawa Tengah, AKBP Suprinarto mengatakan, mereka kerap meminum air rebusan pembalut karena ingin mendapat sensasi seperti dari narkotika.

“Jadi, pembalut bekas pakai itu direndam. Air rebusannya diminum,” kata Suprinarto. Cara ini dilakukan remaja tersebut karena jauh lebih murah dibanding harus membeli narkotika.

Baca Juga : Kurang Tidur Dapat Membuat Tubuh Anda Dehidrasi, Mengapa Begitu?

Dr. Hari Nugroho dari Institute of Mental Health Addiction and Neuroscience (IMAN), memaparkan, dalam pembalut, memang terdapat zat tertentu yang memberikan efek sama seperti narkotika. "Jadi memang di pembalut suka ada zat-zat kimia tertentu, dari chlorine sampai turunan alkohol. Tergantung mereknya saja," ungkap dr. Hari seperti yang dikutip dari detik.com.

Ia menambahkan, klorin, alkohol, dan kloroform adalah senyawa yang mungkin membuat remaja-remaja tersebut merasa fly atau high. Meski begitu, dr. Hari tak menampik kemungkinan bahwa air rebusan tersebut juga mungkin ditambahkan dengan zat lain untuk menciptakan efek yang benar-benar mirip dengan narkoba.

Baca Juga : Semakin Banyak Remaja Mengidap Hipertensi, Apa Penyebabnya?

Melihat fenomena ini, Dinas Kesehatan Kota Semarang Jawa Tengah akan segera meneliti kandungan air rebusan pembalut tersebut. Juga melihat sejauh mana dampak buruknya bagi tubuh manusia.

“Kalau di lapangan seperti itu ya perlu ada tindakan pencegahan. Nanti setelah ada hasil penelitian tentang dampak dari kebiasaan ini akan kami sampaikan ke publik,” tutur Sekretaris Dinas Kesehatan Kota Semarang, Sarwoko Oetomo, kepada tribunnews.com.