Peta tersebut mengidentifikasi dua area spesifik di Mars di mana es di bawah permukaan kemungkinan dapat ditemukan. Yang pertama terletak di antara dataran di daerah yang dikenal sebagai Arcadia Planitia. Ilmuwan yakin daerah itu terbentuk oleh aliran vulkanik purba. Yang kedua adalah area dataran rendah yang dipenuhi gletser di daerah yang disebut Deuteronilus Mensae.
Studi tersebut mengidentifikasi area-area itu dengan menggunakan lima metode berbeda yang memeriksa kumpulan data dari para robot penjelajah Mars sebelumnya. Robot-robot penjelajah tersebut antara lain Mars Odyssey NASA, Mars Reconnaissance Orbiter, dan Mars Global Surveyor.
Proses pembuatan peta tersebut tidak dirancang untuk mengukur es air secara langsung, ujar Gareth Morgan menjelaskan. Sebaliknya, ini dimaksudkan untuk memprediksi kemungkinan pasokan es berdasarkan kondisi yang diamati.
Dia mengatakan hal-hal seperti hidrogen tingkat tinggi dan kecepatan gelombang radar yang tinggi dapat menunjukkan adanya es. Ilmuwan juga dapat melihat laju perubahan suhu di suatu permukaan.
NASA mengatakan pihaknya berencana menggunakan penelitian baru ini untuk mempersiapkan diskusi dengan para ahli ternama guna memeriksa kemungkinan area pendaratan manusia di Mars. NASA juga baru-baru ini mengumumkan telah menandatangani perjanjian dengan mitra internasional untuk mengembangkan misi pemetaan robotik Mars di masa depan untuk mencari air-es. Kemitraan tersebut mencakup badan antariksa Italia, Kanada, dan Jepang.
Upaya pemetaan tambahan pada tahun 2020-an "dapat membantu memungkinkan misi manusia ke Mars sedini tahun 2030-an," kata NASA. Untuk saat ini, pejabat NASA berencana untuk terus mencari tempat-tempat terbaik di Mars untuk mengirim para astronaut sehingga mereka akan memiliki sumber air-es lokal yang cukup untuk mendukung aktivitas mereka.
Source | : | Nature,VOA |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR