Meskipun misi satu dasawarsa yang dibebankannya sendiri pada dirinya—menempatkan perangkat pengukuran yang dikenal sebagai probe dalam jalur tornado—mengandung risiko yang sangat tinggi, dia selalu berusaha keras untuk mengurangi risiko bahaya itu. Dia mengkaji pola cuaca pada hari itu, seolah nyawa awaknya bergantung pada pola cuaca tersebut. Dia memetakan jalur evakuasi. Bahkan lebih dari itu, Samaras tidak ragu membatalkan perburuan jika kondisi jalan jelek, atau tornado tidak tampak akibat terselubungi hujan deras.
“Saya sudah tidak ingat lagi seberapa seringnya kami tidak jadi menempatkan probe karena Tim berkata, ‘Tidak, ini terlalu berbahaya,’” kenang Tony Laubach, salah seorang awak TWISTEX.
Kalau begitu, bagaimana kita bisa menghubungkan fakta yang sudah banyak diketahui orang itu dengan peristiwa tragis yang menimpa ketiga lelaki tersebut pada 31 Mei? Apakah sang perfeksionis akhirnya melakukan kesalahan fatal? Ataukah badai di El Reno adalah raksasa yang mementahkan semua perhitungan?
Jika beberapa jawaban itu pada akhirnya tidak dapat diketahui, memang begitulah adanya. Perburuan badai memang sarat misteri.
!break!
Selama 40 tahun terakhir, dengan perkembangan Doppler dan bentuk radar canggih lainnya, para peneliti semakin mahir melacak badai berputar yang dikenal sebagai supercell. Dan, setelah terjadinya badai itu, mereka dapat memeringkatkan tingkat kehancuran akibat tornado dengan menggunakan skala Fujita atau Enhanced Fujita yang dikembangkan belakangan—kedua skala itu dinamai demikian untuk menghormati ahli meteorologi Ted Fujita, yang memulai kariernya mengukur kerusakan yang disebabkan bom nuklir di Hiroshima dan Nagasaki.
Namun, kata Howard Bluestein, salah seorang pakar topik ini, “kami masih tidak mampu memahami apa yang membedakan supercell yang menghasilkan tornado dari supercell yang tidak menghasilkannya.”
Teka-teki sederhana itu menggoda jiwa ilmuwan dan rasa takjub khas anak-anak dalam diri Tim Samaras. Sejak awal, ketika para pemburu badai hanya mengandalkan peta lipat dan mencari telepon umum untuk menerima informasi cuaca terbaru, perburuan tornado telah membawanya menyaksikan keajaiban dahsyat yang merusak itu.
“Bagi saya, alasannya adalah keindahan badai itu sendiri,” kata David Hoadley, yang mulai memburu badai pada 1956 dan menjadi bapak pendiri komunitas pemburu badai. Arsitektur badai itu sendiri, lanjut Hoadley, sungguh menakjubkan: koherensi sistem pengumpul saat udara lembap dan hangat menerobos bagian atas gumpalan udara dingin dan menciptakan udara yang bergerak ke atas (updraft) kemudian menciptakan landasan raksasa; gumpalan awan mammatus yang berkumpul di bawah landasan; pita awan yang dikenal sebagai inflow bands yang bergegas memasuki badai; turunnya “awan dinding”, yang cenderung mengawali terwujudnya tornado; dan hook echo berputar mirip cakar yang biasanya terdiri atas hujan es, puing-puing, atau tetesan air hujan, yang sering menjadi tanda tentang kedatangan tornado yang ganas.
Semua ini tampaknya menjelma dalam hitungan menit. “Sungguh memicu adrenalin,” ujar pemburu badai Erik Fox. “Kita bisa merasakan angin dan suhunya, mendengar gemuruh angin, mencium bau kelembapan di udara. Kita bisa merasakan angin berembus dari tenggara dengan kecepatan 40 sampai 65 kilometer per jam di permukaan tanah.
Di tempat yang lebih tinggi bisa mencapai 110 kilometer per jam, dan di tempat yang lebih tinggi lagi, menderu dari barat, lebih dari 160 kilometer per jam. Kita melihat embusan awan dan titik embun 31 derajat Celsius yang menunjukkan kelembapan tinggi. Kita dapat merasakan semua ini.”
Iklim dan topografi Amerika yang unik menghasilkan lebih dari seribu tornado setiap tahun, jauh lebih banyak daripada di tempat lain. Ratusan orang yang terobsesi pada cuaca berdatangan ke Lorong Tornado, dengan kendaraan yang dilengkapi radio, laptop, dan kamera. Mereka juga menyimpan harapan yang tak kunjung padam untuk menyaksikan tornado. Bukan hanya harapan sederhana untuk mengalahkan rasio 1:20 bahwa supercell yang mereka buru akhirnya akan menciptakan tornado.
Akan tetapi, harapan untuk menyaksikan monster tak tertandingi yang akan tercatat dalam litani suci Tornado Dahsyat. Tanggal kehadirannya telah dihafalkan para pemburu di luar kepala, layaknya hari ulang tahun anak-anak mereka.
Selain langit yang tak tercemar, padang rumput yang datar, dan kekontrasan warna daerah pertanian yang indah, untunglah manusia penghuni Lorong Tornado sangat sedikit. Namun, kenyataan tetap tidak dapat dihindari: Para pemburu badai yang ingin melihat tornado super-istimewa tanpa disengaja justru “mengharapkan” kebinasaan.
Penulis | : | |
Editor | : | Administrator |
KOMENTAR