Kemampuan riset ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) para peneliti Indonesia tidak diragukan. Namun kondisi sekarang menunjukkan proses penciptaan, pengembangan, dan pemanfaatan iptek belum berjalan sebagaimana yang diinginkan,
Hal tersebut dinyatakan oleh Prof. Dr. Zuhal Abdul Kadir, Ketua Komite Inovasi Nasional, dalam Seminar Pengembangan Iptek Nasional yang difasilitasi pihak Pappiptek LIPI, Senin (10/10) di Widya Graha LIPI, Jakarta.
Padahal ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) memiliki peranan yang potensial dalam pertumbuhan ekonomi serta industri. Kepala LIPI Prof. Dr. Lukman Hakim mengatakan, pengalaman di negara maju seperti Amerika Serikat, Eropa, Jepang, dan Singapura membuktikan penguasaan iptek sejalan dengan kekuatan ekonomi. "Mereka menjadi bangsa yang kuat, disegani, walaupun tidak punya sumber daya alam berkelimpahan," ungkapnya.
Sementara pembangunan industri manufaktur Indonesia sendiri masih didominasi oleh produk-produk teknologi rendah. Berdasarkan survei ekonomi Bank Indonesia, inovasi yang diaplikasikan ke sektor usaha adalah 78% inovasi rendah, 20% inovasi menengah, dan 2% inovasi tinggi.
Jejaring Bagi Komunitas Iptek
Untuk itulah, saat ini mulai dibangun jejaring antara kalangan iptek mulai peneliti, pebisnis, serta pemerintah. "Jejaring dibutuhkan sebagai wadah, tempat berinteraksi, ajang komunikasi pelaku-pelaku dalam sistem inovasi," ujar Dr. Ninok Leksono, Rektor Universitas Multimedia Nusantara, yang turut hadir menjadi moderator seminar.
"Visi (pengembangan) iptek selalu jangka panjang, relevansinya diperlukan sistem inovasi nasional yang mengedepankan kepemimpinan negara dalam riset teknologi," tambah Prof. Zuhal.
Di 2025, terdapat sebuah visi yaitu mendorong Indonesia menjadi negara maju dan menjadi kekuatan ekonomi 12 besar dunia melalui pertumbuhan ekonomi tinggi yang inklusif dan berkelanjutan.
Ia juga mengutarakan, demi mencapai visi itu, "Ekosistem yang ada perlu ditata, termasuk pengaturan Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI) antara dunia bisnis dengan peneliti dan akademisi."
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR