Ilmuwan dari Universitas Sydney dalam studi terbarunya yang diterbitkan jurnal Proceedings of the National Academies of Science menyatakan, makhluk bersel tunggal Physarum polycephalum tidak memiliki sistem syaraf (otak) namun dapat merekam memori.
Dalam sebuah percobaan para ilmuwan melihat bahwa Physarum polycephalum yang berbentuk seperti lendir ini tidak akan melintasi jalan yang telah mereka lalui, mereka cenderung menghindarinya. Ternyata makhluk ini mengeluarkan lendir pada setiap jalan yang telah dilewati. Mekanisme ini diduga sebagai bentuk "memori spasial eksternal" untuk navigasi arah.
"Lendir ini meninggalkan jejak lendir di tempat yang telah mereka datangi, kemudian mereka dapat mendeteksi tempat yang telah lewati itu," kata ahli biologi, Chris Reid.
Untuk membuktikan teori ini, peneliti meletakkan Physarum dalam sebuah perangkap berbentuk U. Pada permukaan yang tidak terkontaminasi, 96 persen spesimen mampu melewati perangkap untuk menemukan gula (pancingan makanan) sebelum batas waktu yang ditentukan selama 120 jam.
Namun, ketika perangkap dilapisi dengan lendir sehingga mereka tidak dapat mengetahui jejak sendiri, hanya sepertiga dari organisme yang mencapai tujuan sebelum batas waktu. Mereka menghabiskan waktu sepuluh kali lebih lama untuk kembali ke daerah yang telah mereka lewati.
Penelitian juga menyatakan jika Physarum dapat mengenali dan bereaksi terhadap jalur yang ditinggalkan oleh spesies makhluk berlendir lainnya. Reid mengatakan, memori spasial eksternal digunakan oleh organisme primitif untuk memecahkan masalah serupa dengan otak manusia masa kini. Ini merupakan penanda awal dari sebuah evolusi memori. Dalam penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa lendir ini juga dapat memecahkan misteri labirin dan mengantisipasi peristiwa periodik.
Penulis | : | |
Editor | : | Andri Donnal Putera |
KOMENTAR