Novik Nurhidayat dan Sri Hartin Rahaju dari Pusat Penelitian Biologi bidang Mikrobiologi, LIPI berurusan dengan hal yang paling dihindari dari bunga bangkai, yaitu bau. Lebih tepatnya, mikroorganisme yang ada pada bunga bangkai.
Novik memaparkan, “Karena bau yang menyengat dihasilkan dalam waktu yang singkat, cuma beberapa hari, saya pikir bunga sendiri perlu bantuan dari mikroorganisme,” ujar Novik. Bunga bangkai memerlukan bau tersebut untuk menarik serangga agar datang dan membantu proses penyerbukan yang terjadi antarbunga.
Tim ini mencoba meneliti bakteri yang ada pada sang bunga. Mulai dari terdapat di tanah, tangkai, kelopak, bunga jantan, bunga betina, hingga tongkol. Bakteri tersebut mereka ambil dan tumbuhkan beberapa waktu di laboratorium, untuk diteliti.
Akhirnya kenyataan pun terungkap. Bunga ini menghasilkan antara lain bau seperti kertas terbakar, bau ikan yang amis, bau telur busuk, dan yang terunik, bau harum maskulin yang hanya ada pada bunga jantan. Apa fungsi khusus dari masing-masing bau, masih jadi misteri yang terus berusaha diteliti oleh mereka.
Saat bunga bangkai akan mekar, ia butuh energi yang besar untuk membuka seludang. Energi itu ia dapatkan dari metabolisme tubuhnya. “Pemecahan protein dalam kondisi yang tertutup rapat itu menghasilkan energi yang banyak. Hingga setelah akumulasi cukup besar, ia terbuka” ungkap Novik. Pada saat mengumpulkan energi tepat sebelum mekar, suhu yang ada di dalam berkisar antara 50 hingga 60 derajat Celsius.
Penulis | : | |
Editor | : | Yoga Hastyadi Widiartanto |
KOMENTAR