Cave tubing memadukan rafting arum jeram dan caving susur gua. Sepaket petualangan seru yang memberi tantangan tersendiri. Saat menaiki tube, sesekali tangan jadi dayung, mengaayuh agar tube melaju saat tersangkut bebatuan. Beberapa titik penuh bebatuan. Kadang harus mengangkut ban, berjalan lalu naik tube lagi.
Sensasi di antara percik air jernih, suara alam. Lalu biarkan tube hanyut sekitar 2,5 – 3 jam, sejauh sekitar 600 meter. Sesudahnya kami naik lereng bukit sekitar hampir 100 m menuju basecamp. Mendaki bukit di kemiringan 90 derajat sambil berpegangan tali tambang. Lelah.
Saingan cave tubing di Eliz di Meksiko, dan Waitomo di Selandia Baru.Tidak puasa memandanginya fenomena di kiri kanan tebing bebatuan berlumut atau kecokelatan. Tebing curam, keberanian dan ketrampilan. Sebuah mobil siap menjemput. Melalui jalan berbatu, berseling suasana tenang, damai.
Sebelum memulai cave tubing, perlu mengenakan jaket, helm, dan semua peralatan yang diperlukan terpasang dengan sempurna di tubuh, dari ban pelampung, ban dalam, helm pengaman, juga sepatu boat. Plus alat-alat safety seperti deker.
Cave tubing jelas mengasyikkan dan sarat tantangan, sejak awal kami susuri jalan setapak di antara ladang jati menuju titik awal cave tubing Kalisuci. Peserta cave tubing harus memiliki tubuh fit. Batalkan bila tidak fit, mudah jatuh sakit mengingat udara gua buruk, penuh deposit kotoran burung dan kelelawar. Hingga paru-paru serangan yang kerap terjadi. Selain itu, kelembaban tinggi
Panduan guide
Cahyo Alkantana, sebagai ahli susur gua, sudah mengeksplorasi Kalisuci sejak semasa kuliah pada awal tahun 1980-an. Pemandangan spektakuler Kalisuci membuatnya percaya situs ini bisa dikembangkan dengan berbasis masyarakat. "Sebab keindahannya tidak kalahdibanding cave tubing di Meksiko dan Selandia Baru. "Saya promosikan ke teman untuk adventure, sekaligus pendidikan dan pemetaan. Kalusuci tergolong mudah grade-nya. Cocok dikembangkan mass tourism caring capasity 200 orang. Apalagi view bagus: ornamen memasuki suatu sumur, seperti keluar masuk."
Karakteristik daerah karst di musim hujan itu bahaya sekali. Fluktuasi sampai ke atas itu bahaya sekali. Cahyo sebagai founder dan konsultan.
Kalisuci harus diperlakukan hati-hati. Pengelola harus tahu kapan bisa menahan kapan close, kapan open. Safety dahulukan, secara standar internasional daerah tangkapan hujan di sana. Jangan emosi ada tamu banyak.
Pengelolaan Kalisuci oleh pemandu sembari dapat pengetahuan proses terjadinya gua, kadang sembari jalan di-briefing. Inilah keindahan sesuatu yang lain didesain untuk mass tourism. Ke depan, di samping cave tubing, di Kalisuci juga bisa dipakai fasilitas outbound untuk masyarakat setempat menghasilkan keuntungan. Jadi pada saat musim hujan ada pemasukan. Karena pada saat musim hujan, masyarakat tetap memperoleh penghasilan, bukan dari cave tubing.
Cave tubing baru dimulai 2010 lalu. Semula mulut Kalisuci biasa digunakan untuk mencuci. Sekali ber-cave tubing waktu tempuh tiga jam dengan jarak tempuh 600-700 meter. Cukup untuk merasakan petualangan yang memuaskan. Anggota Karang Taruna bertugas menjaga. Cave tubing memang butuh operator, jika tidak akan berisiko sekali. Pengunjung tidak akan berani, karena dalam gua menakutkan. Tim Cahyo turut supervisi, adakan pengawasan rutin.
Bagi Karang Taruna MpokDarwis pendapatan dari cave tubing lebih dari cukup. Mereka bisa kelola uang sendiri. Memang bukan investasi besar. Tetapi bisa menghidupkan. Kalisuci bisa tertata bagus. Soal sewa, belum bisa lebih dari tarif sekarang Rp 65 ribu per orang. Pengelolaan Kalisuci oleh Karang Taruna adalah bukti bahwa lokal mampu, dari berbicara dan bertemu wisatawan dari kota besar. Penyampaian ilmu secara benar dan sopan, bagus. Mereka jugabisa memandu dan menjaga. Secara jelas usaha ini berkembang.
*Artikel ini pernah diterbitkan dalam National Geographic Traveler Indonesia edisi Januari 2012.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Semarang, Nazar Nurdin |
KOMENTAR