Nationalgeographic.co.id—Minotaur atau Minotauros Yunani (Banteng Minos) adalah monster dalam mitologi Yunani. Penduduk Yunani kuno percaya akan adanya monster Kreta yang luar biasa kuat dan besar, memiliki tubuh perkasa layaknya manusia dan berkepala banteng.
Martin Ries pada tahun 1972, menulis dalam jurnalnya yang berjudul Picasso and the Myth of the Minotaur, dimuat pada Art Journal, Taylor and Francis Online, menjelaskan tentang perhatian Picasso terhadap mitologi Yunani kuno dalam ekspresinya yang dituangkan pada kanvas.
Picasso menggambarkan kisah-kisah tentang Minotaur dalam kanvasnya yang menjadi representasi kepercayaan bagi masyarakat modern. Kisahnya sangat unik dan menarik untuk diceritakan hingga era modern.
Legenda Minotaur dimulai dari kisah Raja Minos, Penguasa Minoa di pulau Kreta. Ia ingin membuktikan bahwa dirinya sangat disukai oleh semua dewa Yunani. Sehingga, ia meminta Poseidon untuk mengiriminya seekor banteng dari laut.
"Dia berjanji akan mengorbankan banteng itu kembali kepada para dewa untuk mendapatkan bantuan dan kekuatan. Ketika Minos melihat betapa bagusnya banteng itu, dia malah memutuskan untuk memeliharanya" tulisnya.
"Ketika Poseidon mengetahui bahwa Minos tidak mengorbankan banteng, dia marah. Meskipun Poseidon dikabarkan memiliki temperamen, ia memutuskan untuk membalas dendam tanpa menggunakan kekuatan. Dia menyebabkan Pasiphae, Ratu Kreta dan istri Minos, jatuh cinta pada banteng" tambahnya.
Poseidon menghukum dengan membuat istrinya, Pasiphaë jatuh cinta kepada seekor banteng. Pasiphaë bersanggama dengan banteng, bersembunyi di dalam sapi kayu yang dibangun oleh Daedalus (skulptor dan arsitek handal dalam mitologi Yunani).
Baca Juga: Penemuan Patung Hygieia, Dewi Kesehatan Dalam Mitologi Yunani di Turki
Asterius, Minotaur pertama, adalah anak hasil dari hubungan gelap dan tak wajar Pasiphaë dengan banteng. Inilah sebabnya mengapa Minotaur digambarkan memiliki tubuh berotot seperti pria dan berkepala banteng.
Encyclopedia Britannica dalam artikelnya berjudul Minotaur: The Greek Mythology, dipublikasikan pada 18 Maret 2021, mengisahkan tentang hukuman dari Raja Minos kepada Asterius dengan membuangnya ke labirin raksasa yang rumit seumur hidupnya.
Ketika Raja Minos mengetahui bahwa istrinya, Pasiphaë melahirkan anak dari banteng, dia marah. Ia marah lantaran dirinya tak menyukai Poseidon karena membuat istrinya menjadi tidak setia. Kemudian, ia mulai menyuruh Deadalus untuk membangun Labirin raksasa yang melegenda di Yunani kuno.
Ia kemudian membuang Asterius ke labirin yang rumit ini, tempat dia menjalani hidupnya. Setiap tahunnya, tujuh wanita muda dan tujuh pria muda dikirim ke labirin sebagai pengorbanan untuk Minotaur, Asterius.
Baca Juga: Neraka Tartarus, Jurang Penyiksaan Bagi Masyarakat Yunani Kuno
Pada dasarnya, para tumbal ini adalah satu-satunya sumber makanan Asterius. Akhirnya, salah satu pemuda bernama Theseus berhasil sampai ke ujung labirin dengan sukses dan membunuh Asterius.
Theseus juga sangat populer dalam kepercayaan Yunani Kuno. Ia dianggap sebagai pahlawan Athena setelah mengakhiri seteru dengan membunuh Asterius. Dalam kisah yang disebutkan oleh Mary Renault pada novelnya berjudul The King Must Die, tulisannya di tahun 1958, mengisahkan perjuangan Theseus.
"Theseus bersama Ariadne, putra dari Minos dan Pasiphaë, berhasil membunuh Asterius setelah melalui labirin yang rumit, panjang, dan terjal" tulisnya. Setelahnya, Theseus yang berhasil menaklukan Minotaur yang meresahkan, ia juga mengajak Ariadne untuk melarikan diri dari Kreta.
Baca Juga: Delapan Jenis Helm Perang Yunani Kuno: Kegel, Korintus, sampai Pilos
Sangat menarik untuk dicatat bahwa adanya bukti yang ditemukan dalam peradaban Minoa di Kreta, khususnya di Knossos, yang menunjukkan bahwa banteng pada umumnya memainkan peran penting dalam budaya tersebut. Misalnya, ada lukisan dinding di Knossos yang menggambarkan seekor banteng raksasa yang sedang melompat, diduga merupakan Asterius.
Motif ini juga muncul pada patung-patung yang ditemukan dari situs penggalian. Secara umum, kisah Minotaur pertama, Asterius, menunjukkan bahwa orang Minoa takut pada makhluk itu dan mungkin juga sangat menghormatinya.
Source | : | britannica.com,Taylor & Francis Online |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR