Ketika berkokok pun ayam-ayam jantan itu memiliki etika. Jika ada lebih dari satu ayam jantan dalam kawanan, ada urutan yang ditetapkan siapa yang harus berkokok dahulu. Pemimpin ayam harus berkokok terlebih dahulu. Setelah itu, urutan ayam jantan menentukan siapa yang akan berkokok berikutnya dan seterusnya sampai mereka semua selesai mengumumkan kehadiran mereka.
Takashi Yoshimura melakukan beberapa percobaan untuk mengetahui perilaku ayam jantan, yang dituangkan dalam tulisan ilmiah berjudul Circadian Clock Determines the Timing of Rooster Crowing dalam Current Biology.
Baca Juga: Populer Sebagai Lagu Daerah, Apa Makna di Balik Lagu Ayam Den Lapeh?
“Pengamatan kami membuktikan bahwa ayam jantan memecah fajar setiap pagi sebagai fungsi dari jam sirkadiannya,” ungkap Yoshimura. “Telah diketahui sejak lama bahwa berkokok juga disebabkan oleh rangsangan eksternal. Kami menyimpulkan bahwa tidak hanya kokok dini hari yang antisipasif, tetapi juga kokok yang diinduksi stimulus eksternal, berada di bawah kendali jam sirkadian.”
Baca Juga: Alvarezsaurus, Dinosaurus yang Tubuhnya Menyusut Jadi Seukuran Ayam
Setelah melakukan serangkaian percobaan, Yoshimura dan timnya menyimpulkan, bahwa ayam lebih banyak berkokok di pagi hari, terkait pernyataan mereka tentang wilayah kekuasaan sesaat setelah mereka bangun. Namun hal yang paling utama adalah, bahwa ayam memiliki jam di dalam tubuhnya yang mengatur kapan waktu berkokok yang tepat, tak peduli dengan keadaan cahaya di lingkungan sekitarnya.
Oleh karena itu, menurutnya, masih belum jelas apakah berkokok itu berada di bawah kendali jam biologis internal, atau hanya disebabkan oleh rangsangan eksternal. "Di sini kami menunjukkan bahwa kokok dini hari berada di bawah kendali jam sirkadian," ungkapnya. "Meskipun rangsangan eksternal seperti cahaya dan kokok oleh individu lain juga menyebabkan ayam berkokok, besarnya induksi ini juga diatur oleh jam sirkadian."
Baca Juga: Manakah yang Lebih Banyak Gizinya, Dada atau Paha Ayam?
Baca Juga: Upaya Sains Merekayasa Genetik Ayam Supaya Kembali Berwujud Dinosaurus
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR