Terhitung sejak saat hilang, Sabtu (8/3) dini hari, hingga saat pengumuman Perdana Menteri Malaysia tentang status penumpang, pencarian pesawat Malaysia Airlines MH370 telah memakan waktu 17 hari.
Selain kesedihan dan tanya, pencarian pesawat ini juga menyuguhkan sesuatu yang mengagumkan. Area pencarian luas, mulai Laut Cina Selatan, Samudera Hindia, hingga daratan Asia. Sejumlah 25 negara terlibat dan bekerjasama.
Sisi lain yang tak kalah mengagumkan adalah teknologi-teknologi yang digunakan untuk melacak. Setiap negara mengirimkan teknologi terbaik yang dimiliki. Apa saja teknologi yang dikerahkan untuk melacak MH370 selama 17 hari ini?
Satelit
Peran satelit adalah untuk mendeteksi obyek di lautan yang diduga puing dari MH370. Sejumlah satelit yang terlibat antara lain Inmarsat, satelit Cina Gaofen-1, satelit Australia dan Prancis, serta Observing-1 dan kamera ISERV milik NASA.
Jaringan satelit adalah yang paling berperan. Jaringan ini membantu para ahli menetapkan dua koridor pencarian MH370 yang masing-masing membentang ke utara hingga Kazakhstan dan ke selatan hingga perairan Samudra Hindia barat Australia dan selatan Indonesia.
Jaringan satelit Inmarsat juga yang membuat Malaysia akhirnya menyatakan bahwa semua penumpang MH370 tewas. Analisis terakhir data Inmarsat mengungkap, MH370 mengakhiri penerbangan di Samudera Hindia barat Perth, jauh dari lokasi pendaratan mana pun.
Selain Inmarsat, satelit Cina, Gaofen-1, berperan menginformasikan citra yang diduga merupakan puing MH370. Bersama satelit Perancis dan Australia, citra yang dirilis China membantu para ahli mencari puing pesawat jenis Boeing 777-200ER itu.
Satelit Observing-1 dan kamera ISERV yang terinstal di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) sendiri akan berperan dalam beberapa hari ke depan untuk menguak lokasi kecelakaan secara lebih tepat dan keberadaan puing pesawat.
Pesawat
Sejumlah pesawat canggih terlibat dalam pencarian Malaysia Airlines MH370. Beberapa diantaranya adalah P-3 Orion milik Angkatan Udara Australia (RAAF) dan P-8 Poseidon milik Angkatan Laut Amerika Serikat (US Navy).
Kedua pesawat itu adalah pesawat anti-kapal selam paling canggih saat ini. P-3 Orion telah melayani berbagai misi militer dan sipil sejak tahun 1960-an. Sementara, P-8 Poseidon adalah pesawat anti-kapal selam terbaru yang bakal segera dipakai oleh banyak negara.
Cina sendiri mengerahkan pesawat terbaiknya, Ilyushin IL-76 dan Y-8. Senin (24/3), pada hari pertama misi, Ilyushin IL-76 langsung "setor laporan" dengan memberitahukan adanya obyek di Samudra Hindia yang diduga adalah puing MH370.
Indonesia sendiri turut membantu. Saat pencarian MH370 masih difokuskan di Laut Cina Selatan dan Andaman, TNI mengirimkan Boeing B-737 Surveillance dari Skuadron Udara 5 Surveillance yang bermarkas di Makassar. TNI AL mengirimkan pesawat intai amfibi CASA C-212 Aviocar.
Kapal
Kapal yang terlibat pelacakan antara lain St Petersburg milik Norwegia dan HMS Echo milik Inggris. China juga mengirimkan kapal pemecah es Snow Dragon yang pada awal tahun ini juga berperan menyelamatkan kapal yang terjebak di Antartika.
Pada Senin (10/3) TNI AL mengerahkan lima kapal perang, yaitu satu korvet (KRI Sutanto-377), empat kapal patroli cepat (KRI Krait-827, KRI Matacora-823, KRI Tarehu-829, dan KRI Siribua-859).
PM Malaysia memang sudah mengumumkan bahwa seluruh penumpang dan awak kabin di MH370 tewas. Namun, bukan berarti pencarian puing MH370 dihentikan. Sejumlah armada canggih masih akan terus mencarinya.
Armada US Navy, 7th Fleet, misalnya, bakal terjun. Kapal ini memiliki "TPL-25 Towed Pinger Locator System" yang berguna untuk melacak kotak hitam pesawat. Kotak hitam ini penting untuk mengungkap apa yang terjadi pada MH370 sebelum menghilang.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR