Semua kegiatan itu didanai oleh AirAsia Foundation. Mereka juga yang mencari jalan keluar untuk jangka panjang pemasaran desain perak nya. “Kami mempunyai penumpang sekitar 45 juta orang pertahun. 25 juta di antaranya melayani rute Indonesia dan Malaysia,” terang Yap Mun Ching dari AirAsia. 25 juta penumpang itulah uang akan dijadikan tujuan pemasaran para pengrajin asli Kota Gede ini. Hasil kerajinan mereka akan dijual di atas pesawat kepada penumpang, sebuah langkah yang jenius. Itu adalah sebuah pasar yang menjanjikan, yang bisa mensejahterahkan sekaligus menghidupkan kembali desa Jagalan sebagai desa pengrajin perak.
Selanjutnya para pengrajin perak akan terus di pantau dan diberi pelatihan lanjutan sembari mengerjakan pesanan yang akan datang dari AirAsia. Simon Fraser punya pendapat menarik tentang pengrajin asal Kota Gede ini, “Saya menemukan karakter yang sangat khas dari komunitas pengrajin ini. Mereka luar biasa antusias dalam pelatihan ini, mereka bersungguh-sungguh berkonsentrasi dan berusaha mengerti apa yang disampaikan.”
Lebih lanjut Simon mengatakan,“Yang saya pikirkan tentang keistimewaan komunitas pengrajin ini, mereka mendapat pengetahuan ini dan mereka dapat menuangkan dalam gambar bagian-bagian yang berbeda dari sejarah (kota) mereka. Apakah mereka bisa melakukan itu? Hasilnya luar biasa dan sangat fantastis.”
Pengetahuan dan kemampuan pengrajin perak Kota Gede sangat baik. Ini diakui Simon, bahkan menurutnya tingkat kemampuan mereka sangat tinggi, "Ini tidak mengejutkan". Karena faktanya kerajinan perak di Kota Gede sudah berjalan ratusan tahun.
Desain-desain perak yang mereka hasilkan memang sangat berciri Kota Gede, hal yang selama ini malah mereka lupa kerjakan. Dan itulah yang kini menjadi kesitimewaan desain-desain mereka untuk bisa menang bersaing dengan tukang perak lainnya yang berdatangan ke Kota Gede. Sayangnya desainnya tidak bisa ditampilkan dalam laporan ini karena masalah hak cipta dan kerahasiaan.
Semua inisiatif itu datangnya bukan dari pemerintah tapi dari ide-ide anak muda seperti Arkom dan Karang Taruna desa Jagalan, dan juga lembaga-lembaga lainnya yang peduli pada kemajuan masnyarakat. Sekarang semuanya tergantung kepada para pengrajin itu sendiri, maukah mereka mengorganisir dan terus melangkah maju menciptakan desain-desain baru yang tetap mencirikan Kota Gede? Atau tetap menjadi buruh seperti yang selama ini yang mereka lakukan. Di sinilah gunanya komunitas untuk saling mendukung.
Penulis | : | |
Editor | : | Tabloid Nakita |
KOMENTAR