Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, jumlah korban virus ebola bisa meningkat menjadi 20.000 orang pada November 2014. Ini terjadi jika setiap pekan terus-menerus jatuh korban ribuan orang karena upaya pengendalian virus ebola tidak signifikan.
Tanpa perbaikan memadai langkah-langkah pengendalian ebola, jumlah kasus dan korbanebola diperkirakan terus berkembang hingga ratusan, bahkan ribuan, orang setiap minggu.
Wabah ebola di Afrika Barat yang merebak pertama kali pada Maret 2014 kini sudah menginfeksi lebih dari 5.800 orang dengan jumlah korban tewas 2.800 orang.
Namun, perkiraan WHO, jika tak ada tindakan signifikan untuk mengendalikan ebola, jumlah kumulatif korban ebola yang terkonfirmasi dan kemungkinan kasus pada November mendatang terus meningkat. WHO memperkirakan, di Guinea korban terinfeksi 5.925 orang, di Liberia 9.939 orang, dan di Sierra Leone 5.063 orang.
Total kasus di tiga negara Afrika Barat tersebut sudah melebihi 20.000 kasus. Demikian hasil pemaparan penelitian ebola yang dimuat di Jurnal Kesehatan New England pada Selasa (23/9).
Angka korban tewas pun juga akan meningkat karena para pakar telah memperingatkan bahwa wabah ebola yang saat ini terjadi lebih tinggi jumlah korbannya daripada yang diperkirakan, yakni 1 berbanding 2. Dari dua kasus, satu orang meninggal.
Hasil studi tersebut menunjukkan bahwa angka kematian rata-rata mencapai 71 persen.
”Kami melihat perkembangan eksponensial dan kami perlu aksi nyata sekarang ini,” kata Christopher Dye, salah seorang penulis peneliti studi yang dilakukan bersama-sama dengan Imperial College London, Inggris.
”Jika kita tidak menghentikan epidemi ebola ini sesegera mungkin, hal ini akan berubah dari sebuah bencana menjadi malapetaka,” kata Dye kepada wartawan di Geneva sembari memperingatkan bahwa epidemi ebola ini akan terus membesar seperti beberapa bulan terakhir hingga beberapa tahun ke depan.
”Yang dikhawatirkan bahwa ebola akan menjadi persoalan permanen populasi di dunia,” kata Dye, yang juga Kepala Strategis Organisasi Kesehatan PBB tersebut.
Peringatan perang
Dari Monrovia, Liberia, dilaporkan, Pemerintah Liberia telah memperingatkan bahwa mereka bisa kembali terjatuh ke dalam perang sipil dengan negara tetangga Sierra Leone jika epidemi ebola yang melanda Afrika Barat terus menyebar.
Menteri Informasi Liberia Lewis Brown mengatakan, perbedaan penanganan respons internasional berisiko mengganggu masyarakat, apalagi wabah tersebut korbannya sudah nyaris mencapai 3.000 orang.
Menurut Brown, kini sejumlah rumah sakit tengah berjuang, demikian juga dunia bisnis juga sedang berjuang.
”Jika situasi ini terus berlanjut, biaya hidup akan semakin tinggi, dan penduduk kita akan gelisah,” kata Brown.
”Dunia tidak mengharapkan Liberia, Sierra Leone, dan Guinea terjatuh lagi ke dalam konflik, yang bisa saja terjadi karena lambatnya respons dalam menangani ebola,” kata Brown.
Liberia telah menghabiskan waktu selama satu dekade untuk pemulihan setelah dua perang sipil yang terjadi sepanjang tahun 1989 hingga tahun 2003. Perang sipil tersebut mengakibatkan tewasnya sebanyak 250.000 orang dan perekonomian porak-poranda.
Sierra Leone, seperti juga Liberia yang termasuk negara-negara termiskin di dunia yang setengah dari jumlah penduduknya hidup di bawah 1,25 dollar AS per hari. Liberia juga sedang berjuang bangkit setelah perang sipil selama 11 tahun yang berakhir pada tahun 2002.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR