Diberitakan bahwa orang yang berhasil selamat dari wabah Ebola tetap dapat menjalani kehidupannya dengan normal. Walaupun kemungkinan menderita peradangan sendi semakin tinggi.
Dr. Amar Safdar dari NYU Langone Medical Center berpendapat bahwa pasien yang sembuh dari Ebola dapat mengalami artharalgia—jenis nyeri sendi dan tulang mirip dengan arthritis. Selain itu, waktu pemulihan pasca terjangkit virus Ebola pun memakan waktu bervariasi.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menemukan bahwa Ebola dapat bertahan di air mani hingga tujuh minggu hingga akhirnya sembuh. (Baca: Berapa Lama Karantina Ebola?)
Kriteria seseorang dinyatakan sembuh dari Ebola, ketika dapat kebal terhadap galur atau strain virus. Tingkat kekebalan tiap individu tentu berbeda, itulah yang membuat waktu pemulihan pasca terkena virus Ebola tidaklah sama.
Kent Brantly, salah satu korban Ebola, bahkan menyumbangkan darahnya untuk pasien lain. Ternyata dalam plasma darahnya terkandung antibodi—terpisah dari sel darah merah—yang menciptakan serum penyembuhan. Harapannya antibodi dalam darah Brantly mampu meningkatkan imun pasien yang terserang virus sehingga dapat kembali pulih.
Namun metode penyembuhan Ebola ini masih jauh dari kata ideal. Pasalnya, ilmuwan saja masih belum yakin mekanisme penyembuhan dari plasma darah Brantly. Selain itu, serum pada plasma darah Brantly hanya dapat ditransfusikan kepada golongan darah tertentu.
Nancy Writebol, pasien Ebola yang juga dinyatakan sembuh mengatakan, “Dokter saya di Emory pun tidak yakin dengan metode imun ini. Belum ada penelitian yang mendukung temuan ini.”
Hingga saat ini peneliti masih menyelidiki faktor yang mampu menyembuhkan orang dari virus Ebola. Sadfar dan rekannya berspekulasi bahwa faktor genetika mungkin berhubungan dengan tingkat kesembuhan dari Ebola.
Penulis | : | |
Editor | : | Ajeng |
KOMENTAR