Berita yang begitu ditunggu oleh publik Indonesia, dan juga internasional, akhirnya tersiar. Kabar itu seperti memecah kebuntuan—meskipun membuat dada sebagian orang semakin sesak. Setelah tiga hari, upaya pencarian jejak pesawat AirAsia QZ8501 membuahkan hasil.
Tim pencari dari TNI AU yang berangkat dari pangkalan Lapangan Udara Halim Perdanakusuma mengabarkan bahwa mereka melihat serpihan-serpihan yang diyakini menjadi bagian dari pesawat AirAsia yang hilang pada Minggu (28/12) pagi. "Pertama kali kami menemukan benda mencurigakan di laut tersebut kami langsung yakin itu bagian dari pesawat," ujar Kapten Penerbang Ammad kepada Aiman Witjaksono dari Kompas TV.
Dengan menggunakan pesawat CN 295, tim pencari itu terdari dari sembilan kru. Mereka menyisir perairan di sekitar bagian utara Laut Jawa yang berbataskan Selat Karimata. Lokasi ini memang tidak terlampau jauh dengan titik hilangnya kontak pesawat AirAsia QZ8501 dengan menara ATC Indonesia.
Terlepas dari kabar yang menyedihkan itu, tim pencari memiliki kebanggaan tersendiri dalam menunaikan misi kemanusiaan tadi. Proses pencarian dan penemuan yang mendapatkan pujian dari dunia internasional itu menggunakan pesawat buatan dalam negeri, PT Dirgantara Indonesia. Pilot dan kru di dalamnya pun adalah anak-anak negeri yang terlatih.
Itu sebabnya, kita perlu berkenalan dengan produk negeri sendiri itu. PT Dirgantara Indonesia yang bekerja sama dengan Airbus Military itu memproduksi pesawat CN 295—yang menjadi pengembangan dari CN 235. Airbus Military memproduksi C 295 sebagai pesawat angkut taktis militer twin turboprop di Spanyol. Pesawat ini melakukan terbang perdana pada 1998.
Pesawat ini memiliki tingkat keandalan dan dukungan operasional tinggi seperti CN235, dan terbukti di medan pertempuran dan sukses dalam misi berkondisi panas, padang pasir, maritim serta kondisi dingin/es. Ia juga dilengkapi "highly integrated avionics system (HIAS), sistem avionik terpadu modern berdasarkan Thales Topdeck Avionics.
Konsep arsitektur pesawat yang fleksibel dan penggunaan peralatan sipil/militer teknologi ganda memastikan kesuksesan misi taktis, potensi pertumbuhan untuk peralatan di masa depan, serta kesesuaian dengan lingkungan dirgantara sipil dewasa ini.
Ciri lain CN295 adalah avionik kokpit kaca pesawat terdiri dari empat matriks liquid crystal display berukuran besar (6x8 inci), kompatibel dengan kacamata malam hari. Sistem avioniknya terintegrasi dengan layar multifungsi untuk memperbaiki kesadaran situasional bagi pilot serta mengurangi beban kerja pilot dan meningkatkan efektivitas misi.
Pesawat ini juga memiliki alat perlindungan diri di lingkungan berbahaya seperti Irak dan Afghanistan, berupa pelindung kokpit, perangkat untuk mendeteksi radar (RWR), misil (MAWS) dan laser (LWS) serta memberitahukannya pada pilot, serta penglepas bunga api (flare dispenser).
CN295 juga mempunyai pilihan kapabilitas mengisi bahan bakar di tengah penerbangan. Pesawat CN295 memberikan tingkat multifungsi dan fleksibilitas yang luas, memenuhi kebutuhan kinerja dengan biaya rendah, dari lapangan udara yang kecil dan tidak beraspal, dengan layanan dukungan sepanjang usia pesawat.
CN295 dirancang sebagai pesawat segala misi, transportasi personel dan kargo hingga evakuasi, komunikasi dan logistik, ataupun kapabilitas air-dropping tersertifikasi. Semua ini dijalankan dengan waktu pengubahan konfigurasi tercepat, sehingga menurunkan risiko ketika beroperasi di lingkungan berbahaya.
C295 adalah pesawat generasi baru yang ideal untuk misi-misi pertahanan dan sipil, seperti misi kemanusiaan, patroli maritim, misi pengawasan lingkungan, dan yang lainnya.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR