Seorang perempuan Jerman yang berusia 102 tahun menjadi doktor tertua di dunia, 77 tahun setelah Nazi melarang dia ikut ujian akhir untuk mempertahankan tesis S3.
Ingeborg Syllm-Rapaport, yang ibunya merupakan umat Yahudi, lulus ujian lisan dengan pujian bulan lalu dan Selasa 9 Juni diwisuda dengan mendapat gelar doktornya di Universitas Hamburg.
Dalam pidato saat menerima gelar doktornya, dia mengatakan bertekad menyelesaikan studi S3 untuk mengenang semua orang yang menderita di bawah Nazi.
Syllm-Rapaport berimigrasi ke Amerika Serikat pada tahun 1938, namun pada tahun 1950-an kembali ke Jerman Timur -yang diperintah rezim komunis- dan belakangan malah ditunjuk menjadi guru besar pediatri atau kedokteran anak di rumah sakit Charite di Berlin.
Dia sebenarnya sudah menyelesaikan studinya pada tahun 1937 dengan tesis tentang diphteria yang saat itu merupakan masalah serius di Jerman.
Namun di bawah Adolf Hitler yang memberlakukan undang-undang anti-Semitis, Ingeborg dilarang ikut ujian lisan yang merupakan tahap akhir mendapat gelar doktor.
Dan hampir 80 tahun kemudian Universitas Hamburg memutuskan untuk meluruskan kesalahan masa lalu.
Tiga profesor dari Fakultas Kedokteran universitas datang ke rumah Syllm-Rapaport di Berlin timur untuk menguji tesisnya yang ditulis pada masa sebelum perang yang memisahkan Jerman.
Penulis | : | |
Editor | : | Aris |
KOMENTAR