Ada beberapa jenis pekerjaan yang tetap harus dilakukan meski malam tiba, waktu yang biasanya dipakai banyak orang untuk beristirahat.
Misalnya kerja di rumah sakit atau menjadi pilot pesawat terbang.
Dalam beberapa tahun terakhir, makin banyak toko atau toko serba ada yang buka sepanjang malam, untuk mengakomodasi masyarakat yang aktif selama 24 jam, yang baru bisa berbelanja pada malam hari.
Bagi mereka yang kerja pada malam hari -dengan perencanaan yang baik- dimungkinkan untuk terjaga sepanjang malam dan tidur enam sampai delapan jam pada keesokan harinya.
Dengan kata lain hidup “normal” tapi dengan jam tubuh terbaik: kerja pada malam hari dan tidur di siang hari.
Meski sejumlah orang sepertinya tak masalah dengan kerja malam, pertanyaan yang layak diajukan adalah, apa dampak kerja malam terhadap tubuh kita?
Kita tahu bahwa tubuh mengeluarkan melatonin pada petang hari ketika kita merasa letih dan melatonin ini seakan mengantarkan kita, baik secara fisik maupun mental, untuk bersiap tidur.
Bagi sejumlah orang, mengubah jam tubuh -yang ditandai dengan perubahan waktu pelepasan melatonin- sangat bisa dilakukan.
Ini dibuktikan dengan sebuah kajian di Kanada, yang meneliti sekolompok anggota polisi yang kerja malam, yang menunjukkan mereka mengeluarkan melatonin pada siang hari.
Bagi polisi yang bisa melakukan penyesuaian, mereka merasa lebih gembira dan lebih waspada. Mereka juga bereaksi relatif lebih cepat.
Namun hanya 40% yang bisa melakukan penyesuaian.
!break!Pada penelitian serupa dengan responden lebih dari 5.300 anggota polisi di Kanada dan Amerika Serikat, bisa dilihat akibat dari kegagalan penyesuaian jam tubuh yang sangat jelas.
Terungkap bahwa 40% responden didiagnosis memiliki semacam gejala gangguan tidur.
Bagaimana dengan dampak jangka panjang dari kerja malam?
Sebelum kita menjawab pertanyaan ini, perlu dikemukakan bahwa situasi kerja siang dan kerja malam sangat berbeda.
Misalnya, lebih sulit mendapatkan makanan yang sehat di malam hari. Demikian juga dengan berolahraga secara teratur.
Selain itu, "perjuangan" untuk tetap terjaga sepanjang malam mendorong orang-orang untuk makan pizza, kari, atau mengudap. Padahal kita tahu makan pizza setiap malam tentu tidak sehat.
Bagi Anda yang biasa ke pusat-pusat kebugaran, berolahraga di sore atau petang setelah seharian bekerja relatif lebih ringan dibandingkan pergi ke pusat kebugaran di pagi hari setelah semalamam bekerja.
Sangat dimaklumi karena sesudah semalaman bekerja atau terjaga, satu-satunya yang ingin Anda lakukan adalah tidur secepatnya.
Konsekuensi lain dari kerja malam, meski hanya satu malam, sudah cukup untuk menaikkan tekanan darah.
Dan kajian yang dilakukan Universitas Surrey di Inggris memperlihatkan bahwa kerja malam selama tiga hari bisa mengganggu kerja gen, yang berarti gen-gen ini bekerja pada waktu yang tidak semestinya.
Sekitar 6% dari gen kita bekerja pada waktu-waktu tertentu, namun setelah bekerja malam selama beberapa hari maka jam kerja gen-gen ini langsung terganggu.
!break!Penelitian lain menunjukkan setelah kerja malam selama lima pekan, orang-orang yang bekerja pada malam hari dan tidur pada siang hari memperlihatkan gangguan regulasi glukosa dan perubahan metabolisme yang bisa meningkatkan risiko diabetes tipe 2 dan obesitas pada jangka panjang.
Perlu disampaikan bahwa kajian-kajian yang dipaparkan dalam tulisan kesemuanya dilakukan dalam jangka pendek, yang membuka kemungkinan tubuh kita pada akhirnya akan melakukan penyesuaian seandainya kita terus menerus kerja pada malam hari.
Tapi secara epidemiologis, penelitian yang dilakukan secara bertahun-tahun tentang efek dari kerja malam menunjukkan hasil yang tidak baik.
Misalnya ada peneliti yang mengatakan bahwa kerja malam bisa meningkatkan risiko penyakit jantung, meski banyak juga ilmuwan yang meragukan kesimpulan ini.
Tapi penelitian terbesar tentang kaitan ini, yang diterbitkan pada 2012, menunjukkan orang-orang yang kerja pada malam hari punya risiko lebih besar mengalami serangan jantung.
Penyakit jantung terkait juga dengan gaya hidup. Oleh karena itu orang-orang yang kerja malam bisa terhindar dari penyakit ini atau setidaknya memiliki risiko lebih kecil asalkan mengkonsumi makanan yang sehat, tidak merokok, dan berolahraga secara teratur.
Yang belum terungkap dari berbagai kajian ini adalah apakah ada tipe-tipe orang tertentu yang punya kemungkinan lebih besar untuk terkena berbagai dampak negatif dari kerja malam?
Ataukah efek kerja malam akan sama bagi setiap orang?
Sejauh ini pertanyaan ini belum terjawab karena sulitnya merancang penelitian yang bisa mengakomodasi seluruh pola kerja malam.
Sambil menunggu ditemukan metode penelitian tersebut, ada baiknya bagi mereka yang sering kerja malam untuk sebisa mungkin mengkonsumsi makanan-makanan yang sehat, berolahraga, dan segera periksa ke dokter jika merasa terkena penyakit seperti darah tinggi atau jantung.
Penulis | : | |
Editor | : | Aris |
KOMENTAR