Bagaimana dengan Indonesia sebagai negara yang paling banyak mengirim anggota jemaah haji selama ini? Menarik apa yang diungkapkan Wakil Presiden Jusuf Kalla, di sela-sela Sidang PBB di New York. Ia meminta Pemerintah Arab Saudi sebaiknya terus menerima masukan dari negara-negara yang warganya menjadi korban insiden Mina dan berbenah diri. Meskipun tiap tahun terus memperbaiki pengelolaan jemaah haji di Tanah Suci, Pemerintah Arab Saudi diminta lebih menyempurnakannya lagi.
Berbagai kalangan, terutama para pemangku kepentingan, mendesak agar tragedi Mina 2015 dijadikan momentum untuk membenahi penyelenggaraan ibadah haji. Perbaikan hendaknya dilakukan oleh semua pihak yang berperan dalam ibadah itu, yaitu Pemerintah Arab Saudi, pemerintah dari negara-negara asal jemaah, termasuk Indonesia, dan para anggota jemaah itu sendiri.
!break!
Masjidil Haram, Mekkah, Saudi Arabia. (Thinkstockphoto)
Beberapa perbaikan
Kita apresiasi berbagai perbaikan yang telah dilakukan Pemerintah Arab Saudi untuk memaksimalkan pelayanan bagi anggota jemaah haji, seperti perluasan Masjidil Haram, pembangunan tujuh lantai jalur untuk melempar jumrah, atau penyiapan kereta cepat, Mekkah-Jeddah-Madinah. Ke depan, pemerintah setempat diharapkan lebih ketat dalam memastikan keselamatan jemaah. Ritual melempar jumrah di Mina harus benar-benar diatur, diawasi, dan dikontrol ketat sehingga semua kelompok jemaah dari setiap negara bisa beribadah sesuai waktu, tempat, dan jalurnya. Begitu pula wukuf di Arafah, menginap di Muzdalifah, dan tawaf di Masjidil Haram.
Para petugas haji Arab Saudi diminta lebih komunikatif, rambu-rambu diperjelas, peta disebar sehingga lebih mudah dipahami jemaah. Para petugas diharapkan bisa menemani jemaah di titik-titik penting sehingga mengurangi mereka yang tersesat, kebingungan, sekaligus mencegah terjadi desak-desakan di kawasan yang padat.
Pemerintah Indonesia, khususnya Kemenag, diminta untuk meningkatkan kemampuan para petugas haji di Arab Saudi. Mereka hendaknya sungguh-sungguh dapat mengatur seluruh jemaah agar mematuhi semua jadwal dan kegiatan yang telah disiapkan. Untuk itu, diperlukan sistem komunikasi yang efektif antara pengurus di daerah kerja (daker), sektor, kelompok bimbingan ibadah haji (KBIH), ketua kelompok terbang (kloter), serta anggota jemaah. Dengan sistem komunikasi berbasis teknologi terkini, semua pergerakan dan kegiatan anggota jemaah dipantau dan diawasi sehingga dapat dipastikan berjalan dengan aman dan nyaman.
Kegiatan manasik haji Tanah Air tak hanya berisi pelatihan untuk menjalankan ritual haji, melainkan mengembangkan disiplin bagi calon jemaah haji atas aturan keselamatan saat berada di Arab Saudi. Pastikan bahwa semua anggota jemaah yang berangkat adalah sehat secara jasmani dan rohani, mampu menjaga diri, dan mematuhi semua ketentuan keselamatan haji.
!break!
Para anggota jemaah haji juga diharapkan menyiapkan diri, baik secara fisik, mental, dan pengetahuan. Kesehatan lahir dan batin tak bisa ditawar-tawar. Begitu pula pengetahuan tentang seluk-beluk ritual ibadah haji. Penting pula untuk terus bergabung dengan kloter, berdisiplin dan mematuhi aturan dan jadwal kegiatan, serta menyiapkan alat komunikasi yang bisa dihubungi saat di Arab Saudi.
Lebih dari itu, tragedi Mina hendaknya dijadikan momentum untuk membenahi aspek-aspek lain dari penyelenggaraan ibadah haji. Kemenag diharapkan serius memperbaiki pelayanan kepada anggota jemaah, mulai dari pendaftaran, setoran awal dana haji, pengurusan visa, transportasi, pemondokan, katering, dan bimbingan selama menjalani semua tahapan ibadah. Semua itu untuk memastikan para anggota jemaah dapat menjalankan ibadah dengan nyaman, aman, dan khusyuk.
Kita tak ingin tragedi Mina terulang lagi pada masa mendatang. Jumlah 3.938 syuhada haji dalam 10 kali kecelakaan di Mina sejak 1990 sampai 2015 adalah pelajaran keras bagi kita semua, terutama para pemangku kepentingan haji. Kita semua harus bekerja lebih keras menyiapkan perjalanan rukun kelima Islam itu dengan mengutamakan keselamatan. Keikhlasan para anggota jemaah dalam beribadah seyogianya diimbangi dengan sistem yang benar, sumber daya petugas yang profesional, dan infrastruktur yang baik.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR