Bagi kebanyakan orang, benturan kepala dianggap sebagai risiko yang wajar, terutama jika terjadi dalam sebuah olahraga kontak fisik. Padahal cedera kepala sangat berbahaya. Banyak cedera kepala yang terkait dengan olahraga menyebabkan cacat permanen, kerusakan otak, atau bahkan lebih fatal lagi.
Cedera otak traumatis adalah penyebab utama kematian dalam kecelakaan yang berhubungan dengan olahraga, seperti yang dialami kiper Persela Lamongan, Choirul Huda.
Choirul meninggal dunia setelah sempat tak sadarkan diri karena mengalami benturan atau tabrakan dengan rekan setimnya, Ramon Rodrigues, dan penyerang Semen Padang, Marcel Sacramento, pada laga pekan ke-29 Liga 1 musim 2017 di Stadion Surajaya, Lamongan, Minggu (15/10/2017).
Menurut pihak RSUD dr Soegiri, Lamongan, yakni dr Zaki Mubarok, Huda meninggal akibat mengalami benturan di kepala.
"Choirul Huda disinyalir meninggal karena benturan di kepala dan leher," kata dr Zaki, Minggu (15/10/2017).
Apa itu cedera kepala?
Cedera kepala adalah cedera yang terjadi pada kulit kepala, tengkorak, atau otak yang disebabkan oleh trauma. Gegar otak dan memar otak adalah dua jenis yang paling umum dari cedera otak terkait olahraga.
Menurut Brain Injury Association of America, lima kegiatan utama yang bertanggung jawab untuk gegar otak pada anak dan remaja usia 5 sampai 18 tahun termasuk bersepeda, basket, kecelakaan di taman bermain, dan sepak bola.
Dua jenis cedera otak yang paling umum
1. Gegar otak
Gegar otak adalah jenis cedera otak traumatis yang terjadi ketika otak tersentak atau terguncang cukup keras sehingga membentur dinding tengkorak. Hal ini dapat terjadi ketika dua atlet saling bertubrukan atau ketika seseorang jatuh dan terantuk kepalanya.
Gegar otak juga bisa terjadi sebagai hasil dari pukulan kepala dari benda tumpul atau peralatan olahraga. Dalam sepakbola, menyundul bola pun tak lepas dari risiko gegar otak.
Tapi Anda tak harus mengalami benturan di kepala untuk mengalami gegar otak. Benturan keras di tempat lain di tubuh dapat menciptakan gaya cambukan yang cukup kuat untuk menggoncangkan otak.
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR