Baca Juga: Koran Bataviasche Nouvelles, Upaya VOC Hilangkan Citra Korupsi
Baca Juga: Abdoel Rivai, Jurnalis Hindia Berbahasa Melayu di Negeri Belanda
Baca Juga: Kezaliman Terhadap Jurnalis di Awal Kemerdekaan Republik Indonesia
Namun, di momen itulah pemerintah kolonial mulai menganggap pergerakan Marco Kartodikromo membahayakan stabilitas politik kolonial. Pada tahun 1927, ia akhirnya diasingkan ke Digoel, tepatnya di Tanah Tinggi.
Pengasingan di Tanah Tinggi memiliki tujuan agar para tokoh ini tidak mempunyai akses pergaulan dengan interniran lainnya dan menderita kesunyian. Nahas, usianya di Digoel tak panjang.
Pada 19 Maret 1932, Marco Kartodikromo menghembuskan nafas terakhirnya dan dikebumikan di Tanah Tinggi, Boven Digoel. Sampai hari ini, pusaranya masih terawat dan terabadikan berkat perjuangan gigihnya lewat pers dan tulisan.
Sebelum menutup tulisan tentang Mas Marco, kenanglah ia sebagai tokoh berharga. Penulis yang menyulut rasa persatuan untuk berani menentang kesewenang-wenangan. Hanya lewat tinta dari penanyalah, ia membangun sebuah bangsa yang berani untuk merdeka.
Source | : | Repository UB |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR