"Saya terus bertanya pada diri sendiri, apa yang sebenarnya bisa saya lakukan untuk mereka yang menjadi pengungsi akibat bencana Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Fukushima Daiichi," paparnya.
Pertanyaan yang akhirnya beririsan dengan tema JILF tahun ini, "F/ACTA: Words & Actions Aligned." Bagi Kawakami, tema tersebut sangat mirip dengan pertanyaannya selama 13 tahun terakhir tentang mereka yang tidak dapat kembali ke kampung halamannya akibat bencana di Fukushima.
Ditambah dengan kondisi dunia yang menurutnya bergejolak, seperti pandemi bertahun-tahun, invasi Rusia ke Ukraina, serangan Israel ke Gaza, serta pergeseran lanskap politik dunia, Kawakami merasa dihadapkan pada tantangan yang sulit untuk meresponsnya ke dalam tulisan.
Namun, pada akhirnya Kawakami menyadari bahwa tidak kalah penting untuk seorang penulis memperhatikan kehidupan seorang atau beberapa individu ke dalam konteks peristiwa global yang besar.
"Dunia ini besar. Tetapi merekalah, setiap individu, yang membentuk dunia," ujarnya.
Ia pun lalu berbagi kisah tentang seorang pria yang merawat taman bunga di depan stasiun di Fukushima, meskipun daerah tersebut masih terkontaminasi radiasi.
"Mengingat berarti terus memikirkannya," kata Kawakami. "Saya akan terus memikirkannya, dan terus memikirkannya lagi. Meskipun saya bukan orang yang terlibat, saya tidak akan membiarkannya begitu saja seolah-olah itu adalah masalah orang lain."
Dalam kesimpulannya, Kawakami menegaskan bahwa sastra memiliki peran penting dalam membantu kita memahami dunia yang kompleks dan penuh perubahan.
Sebagai seorang novelis, ia berkomitmen untuk terus menggali emosi dan pengalaman manusia, meskipun dihadapkan pada peristiwa-peristiwa besar yang mengguncang dunia.
"Saya percaya bahwa yang dapat saya lakukan adalah menghargai dan melihat hal-hal ini, dan berdiri teguh di kaki saya serta menatapnya dengan mantap, tanpa terbawa oleh suara-suara keras atau arus mayoritas," ujar Kawakami.
Tentang JILF x JakTent 2024
Jakarta International Literary Festival (JILF) 2024 kembali hadir dengan semangat baru. Tahun ini, memasuki penyelenggaraan keempat sejak 2019, JILF berkolaborasi dengan Jakarta Content Week (JakTent) untuk menghadirkan sebuah perhelatan sastra dan budaya yang relevan dengan isu-isu terkini.
Mengambil tema "F/acta: Words & Actions Aligned on Eco-Literature" yang sejalan dengan tema JakTent "Shared Culture, Shared Future", JILF 2024 menyoroti pentingnya peran sastra dalam merespons tantangan lingkungan yang semakin mendesak.
Seperti yang disampaikan oleh Anton Kurnia, Direktur JILF, kita hidup di era Antroposen di mana aktivitas manusia telah memberikan dampak signifikan terhadap bumi. Namun, di tengah situasi ini, karya sastra menawarkan perspektif baru tentang bagaimana kita dapat menciptakan dunia yang lebih baik.
Selama enam hari, mulai dari tanggal 27 November hingga 1 Desember 2024, Taman Ismail Marzuki akan menjadi pusat perhelatan JILF x JakTent.
Berbagai kegiatan menarik telah disiapkan, mulai dari pameran media yang menampilkan karya-karya jurnalistik lingkungan, bazar buku yang menghadirkan beragam judul karya sastra, hingga forum penulis yang akan menghadirkan puluhan pembicara untuk berbagi pandangan mengenai isu-isu lingkungan dan sastra.
Selain itu, pengunjung juga dapat menikmati malam anugerah Sayembara Kritik Sastra serta sejumlah pertunjukan seni lainnya.
Kolaborasi JILF x JakTent ini melibatkan berbagai pihak, termasuk National Geographic Indonesia, Mongabay, Trend Asia, IKAPI, Kusala Sastra Khatulistiwa, dan sejumlah komunitas sastra di Jakarta.
Partisipasi dari berbagai pihak ini diharapkan dapat memperkaya perbincangan mengenai sastra dan lingkungan, serta menginspirasi masyarakat untuk lebih peduli terhadap masa depan bumi.
KOMENTAR