Nationalgeographic.co.id—Sepanjang sejarah dunia, peramal menjawab beragam pertanyaan tentang masa depan, urusan percintaan, peperangan, dan peruntungan. Mereka bahkan terus menjawab pertanyaan-pertanyaan dari banyak orang hingga kini.
Dari astrologi dan tarot hingga membaca isi perut, ramalan hadir dalam berbagai macam bentuk sepanjang sejarah manusia.
Namun, semua pertanyaan ini menjawab kebutuhan manusia yang sama. Pertanyaan-pertanyaan ini menjanjikan untuk meredakan ketidakpastian, membantu kita membuat keputusan, atau sekadar memuaskan keinginan kita untuk memahami.
Antropolog dan sejarawan mempelajari ramalan karena hal itu mengungkap ketakutan dan kecemasan budaya tertentu. Banyak di antaranya bersifat universal.
Berikut adalah lima contoh teknik ramalan yang dikembangkan berbagai budaya untuk mengatasi ketidakpastian hidup.
Ramalan laba-laba
Di Kamerun, ramalan laba-laba Mambila (nggam du) mengajukan pertanyaan-pertanyaan sulit bagi laba-laba. Atau bahkan kepiting darat yang hidup di lubang-lubang di tanah.
Mengajukan pertanyaan kepada laba-laba melibatkan menutup lubang mereka dengan pot yang pecah. “Kemudian meletakkan tongkat, batu, dan kartu yang terbuat dari daun di sekitarnya,” tulis Michelle Aroney di laman Smithsonian Magazine.
Peramal kemudian mengajukan pertanyaan dalam format ya-atau-tidak sambil mengetuk kandang. Tujuan dari mengetuk adalah untuk mendorong laba-laba atau kepiting keluar. Tongkat dan batu melambangkan ya atau tidak. Sementara kartu daun, yang secara khusus diukir dengan makna tertentu, menawarkan klarifikasi lebih lanjut.
Pergerakan laba-laba atau kepiting menata ulang objek-objek ini. Sehingga jika kartu daun dipindahkan ke batu atau tongkat, jawabannya akan muncul.
Namun, jawabannya tidak selalu jelas. Jika tongkat maupun batu tidak dipilih (atau keduanya dipilih), diperlukan kerja interpretatif. Peramal dan klien harus menyelesaikan ambiguitas. Mereka juga bisa memutuskan bahwa dalam kasus ini, laba-laba tidak mengatakan apa pun sama sekali.
Baca Juga: Sulit Diramal, Para Ilmuwan Kini Menguak Cara Prediksi Erupsi Gunung
Source | : | Smithsonian Magazine |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR