Nationalgeographic.grid.id—Institut Ilmu Kelautan (Institute for Marine Sciences/IMS) di University of North Carolina (UNC) sedang menjalankan proyek inovatif yang berperan penting sebagai penyeimbang karbon bagi wilayah Carolina.
Proyek ini dilakukan dengan cara menimbun endapan karbon ke dalam sedimen rawa asin yang sengaja dibuat oleh para peneliti. Langkah ini merupakan respons terhadap tantangan perubahan iklim global, di mana pengurangan jejak karbon menjadi strategi yang semakin penting untuk diterapkan oleh individu maupun organisasi.
Dalam upaya mendukung Universitas mencapai target netralitas karbon pada tahun 2040, para peneliti di IMS UNC mengembangkan habitat karbon biru di Morehead City.
Habitat buatan ini berfungsi ganda: tidak hanya menyerap dan menyimpan karbon dioksida dari atmosfer, tetapi juga menjadi penyeimbang langsung terhadap emisi karbon yang dihasilkan oleh Carolina.
Proyek yang dipimpin oleh Profesor Antonio Rodriguez ini berfokus pada pembangunan rawa asin dengan tujuan utama menangkap karbon dan menyimpannya dalam sedimen rawa di sepanjang garis pantai dekat IMS.
Habitat pertama kali dibangun pada tahun 2014, dengan menggunakan 3.500 gantang cangkang kerang dan 2.000 ikat rumput rawa. Selama tujuh tahun terakhir, habitat ini terus dipantau secara intensif untuk mengukur efektivitasnya dalam penyerapan karbon.
Profesor Rodriguez bekerja sama dengan rekan-rekan fakultas IMS lainnya, termasuk Michael Piehler dan Joel Fodrie, serta melibatkan sejumlah mahasiswa pascasarjana.
Tim peneliti ini secara rutin mengumpulkan sampel sedimen dari area rawa asin untuk melacak akumulasi karbon dan memelihara habitat tersebut melalui pemantauan kenaikan permukaan laut.
Pemantauan ini, seperti dilansir laman resmi UNC, krusial untuk memastikan terumbu tiram yang berfungsi sebagai pelindung rawa dapat terus tumbuh dan berfungsi optimal.
"Ketika UNC Energy Services mengumumkan seruan proposal dari Climate Action Plan pada tahun 2012 untuk mendorong kampus menjadi lebih netral karbon, kami melihat ini sebagai peluang emas untuk mengembalikan garis pantai kami ke kondisi yang lebih alami," ungkap Rodriguez.
"Proyek ini kemudian berkembang menjadi kolaborasi besar yang melibatkan mahasiswa, fakultas, dan teknisi yang bekerja bersama-sama, mulai dari mengangkut cangkang tiram hingga menanam rumput rawa. Hasil yang kami capai benar-benar melampaui ekspektasi awal kami."
Baca Juga: Sedimen Dasar Laut, 'Area Mati' yang Justru Penting dalam Ekosistem 'Blue Carbon'
KOMENTAR