Hari-hari yang berbahagia harusnya datang pada sepasang pengantin muda, pasalnya setelah wafatnya Amangkurat II, Raden Mas Sutikna diwarisi untuk memegang tahta Mataram dengan gelar Amangkurat III pada tahun 1703.
Namun, sepertinya hal-hal bahagia belum juga kunjung meronai bahtera rumah tangga Raden Ayu Lembah dan sang suami yang telah berkuasa atas seluruh Bhumi Mataram.
Hari demi hari, sang permaisuri berusaha berdamai dengan keadaannya. Alih-alih semakin menentramkan jiwa, Raden Sutikna malah lebih senang mencinta dengan selir-selirnya. Lebih-lebih, Raden Sutikna lebih tertarik pada selirnya dari Desa Onje.
Akibat cemburu hatinya yang makin hari terus menerus berpilin, membuat Raden Ayu Lembah tak kuasa merasai gejolak hatinya yang dibakar api cemburu.
Sampai-sampai ia memilih untuk meninggalkan istana dan pulang ke rumah orang tuanya, Kapugeran. Dari masalah rumah tangga inilah, muncul sosok lelaki dalam hubungan Amangkurat III dengan Raden Ayu Lembah.
Polemik rumah tangga jadi kabar burung yang berembus hingga ke telinga putra dari patih Sindureja, Raden Mas Sukra. Sebelumnya, Raden Mas Sukra pernah bermasalah dengan Raden Mas Sutikna sebelum menjadi seorang raja.
Diketahui masalahnya agak aneh: ia dipukuli karena ketampanannya. Tak hanya dipukuli, Raden Sukra juga diketahui disiksa dengan cara memasukkan semut hitam yang dengan trengginas menggigiti matanya hingga ia pingsan kesakitan.
Bersamaan dengan dendamnya yang belum padam pada sang raja, Raden Sukra menyusun sebuah rencana. Ia menyiasati untuk berdandan serba rapi untuk mengunjungi Kapugeran, tempat sang permaisuri yang galau akibat kalah saing dengan selir tuannya.
Babad Tanah Jawi mengisahkan adegan detil persiapan Raden Sukra yang datang untuk menemui Raden Ayu Lembah di Kapugeran. Digambarkan dengan pengawalan pasukan berkuda, di mana kuda yang ditunggangi Raden Mas Sukra dihias sedemikian rupa sampai tampak eloknya.
Raden Ayu Lembah yang makin hari terlihat makin kurus, hanya menambah keayuannya. Saat sedang cengkerama bersama para abdinya di taman bunga selepas mandi, ia dikejutkan dengan pasukan berkuda.
Baca Juga: Legenda Kematian Tragis Ki Ageng Mangir di Tangan Mertuanya Sendiri
Source | : | Digital Library UIN Surabaya,Babad Tanah Jawi |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR