Inovasi Katalis Tembaga dan Proses Berbasis Gliserol
Berbeda dengan produksi hidrogen yang relatif sederhana, sintesis hidrokarbon memerlukan lebih banyak energi. Untuk mengatasi tantangan ini, tim peneliti memperkenalkan beberapa inovasi kunci dalam desain perangkat mereka.
Pertama, mereka menggunakan katalis khusus yang terbuat dari struktur tembaga berukuran nano yang menyerupai bunga kecil. Struktur unik ini dikembangkan di laboratorium Peidong Yang di Universitas California, Berkeley.
Dalam perangkat tersebut, elektron terakumulasi di permukaan "bunga nano" tembaga ini. Elektron-elektron inilah yang kemudian berperan dalam mengubah karbon dioksida dan air menjadi berbagai molekul, termasuk etilena dan etana, yang keduanya merupakan hidrokarbon dengan dua atom karbon.
Andrei menekankan fleksibilitas struktur bunga nano ini, yang dapat disesuaikan untuk menghasilkan berbagai macam molekul, dengan mengatakan, "Tergantung pada nanostruktur katalis tembaga, Anda bisa mendapatkan produk yang sangat berbeda."
Inovasi kedua terletak pada sisi lain perangkat, di mana tim mengembangkan metode yang lebih hemat energi untuk menghasilkan elektron. Mereka menggunakan silicon nanowires penyerap cahaya untuk memproses gliserol, bukan air yang lebih umum digunakan.
Keuntungan tambahan dari pendekatan berbasis gliserol ini adalah kemampuannya untuk menghasilkan senyawa bermanfaat seperti gliserat, laktat, dan asetat, yang memiliki aplikasi potensial dalam industri kosmetik dan farmasi.
Meskipun hasil dari sistem percobaan ini sangat menjanjikan, para peneliti mengakui bahwa masih banyak pekerjaan yang perlu dilakukan sebelum teknologi ini dapat diimplementasikan secara komersial.
Yanwei Lum, seorang asisten profesor teknik kimia dan biomolekuler di National University of Singapore, memberikan perspektif yang seimbang dengan menyatakan, "Penelitian ini menunjukkan bahwa konsep ini dapat bekerja, kinerjanya masih belum cukup untuk aplikasi praktis. Belum sampai di sana"
Virgil Andrei juga mengakui bahwa perangkat tersebut perlu ditingkatkan secara signifikan dalam hal daya tahan dan efisiensi agar layak untuk produksi bahan bakar skala besar.
Meskipun demikian, ia tetap optimis tentang masa depan teknologi ini, mencatat bahwa kemajuan yang telah dicapai didukung oleh konsep-konsep yang lebih tidak konvensional dan teknik-teknik mutakhir yang sebelumnya tidak tersedia.
“Saya cukup optimis bahwa teknologi ini bisa lepas landas dalam lima hingga 10 tahun ke depan,” ujar Andrei, menunjukkan optimismenya.
--
Pengetahuan tak terbatas kini lebih dekat! Dapatkan berita dan artikel pilihan tentang sejarah, sains, alam, dan lingkungan dari National Geographic Indonesia melalui WhatsApp Channel di https://shorturl.at/IbZ5i dan Google News di https://shorturl.at/xtDSd. Jadilah bagian dari komunitas yang selalu haus akan ilmu dan informasi!
KOMENTAR