Nationalgeographic.co.id—Pemanasan global bukan lagi prediksi masa depan, namun sedang berlangsung saat ini, dan dampaknya dirasakan di seluruh penjuru Bumi.
Sejak Revolusi Industri—yang ditandai dengan pemanfaatan bahan bakar fosil secara masif untuk pembangkit listrik, transportasi, dan berbagai sektor lainnya—temperatur Bumi terus mengalami peningkatan.Tahun 2024 tercatat sebagai tahun terpanas dalam sejarah, sekaligus menjadi tahun pertama di mana suhu rata-rata Bumi melampaui ambang batas 1,5 derajat Celsius.
Sepuluh tahun terakhir juga menjadi deretan tahun terpanas yang pernah tercatat. Sebuah rekonstruksi suhu rata-rata Bumi selama 485 juta tahun terakhir menunjukkan bahwa setiap kali Bumi mengalami pemanasan, selalu diikuti oleh cuaca ekstrem dan kepunahan massal. Studi tersebut juga mencatat bahwa belum pernah dalam sejarah Bumi, suhu meningkat secepat yang terjadi saat ini.
Istilah global warming (pemanasan global) dan climate change (perubahan iklim) sering digunakan secara bergantian. Namun, para ilmuwan lebih memilih istilah "perubahan iklim" untuk menggambarkan perubahan kompleks yang kini memengaruhi sistem cuaca dan iklim Bumi.
Perubahan iklim mencakup lebih dari sekadar kenaikan suhu rata-rata. Ia juga mencakup meningkatnya intensitas bencana alam, pergeseran habitat satwa liar, naiknya permukaan laut, serta beragam dampak lainnya.
Semua perubahan ini muncul seiring dengan terus bertambahnya emisi gas rumah kaca—seperti karbon dioksida dan metana—yang terperangkap di atmosfer akibat aktivitas manusia.
Apa Penyebab Pemanasan Global?
Pemanasan global terjadi ketika emisi dari bahan bakar fosil dilepaskan ke atmosfer dan mengubah komposisi kimianya.
Proses ini memungkinkan sinar matahari menembus ke permukaan Bumi, tetapi mencegah panas yang dipantulkan kembali keluar ke angkasa. Akibatnya, panas terperangkap dan suhu Bumi meningkat—fenomena ini dikenal sebagai efek rumah kaca.
Gas rumah kaca yang paling umum ditemukan adalah karbon dioksida (CO₂), yang juga merupakan penyumbang terbesar terhadap pemanasan iklim. Gas ini dihasilkan sebagai produk sampingan dari produksi dan pembakaran minyak bumi, gas alam, dan batu bara.
Sekitar seperempat dari total emisi karbon dioksida juga berasal dari alih fungsi lahan, seperti pembukaan hutan untuk pertanian atau industri kehutanan. Selain karbon dioksida, gas metana juga berperan besar dalam pemanasan global. Meski hanya menyumbang sekitar 16 persen dari total emisi, metana memiliki daya pemanasan sekitar 25 kali lebih kuat dibandingkan karbon dioksida, meskipun gas ini lebih cepat menghilang dari atmosfer.
Baca Juga: Penjelasan Pengaruh Gas Rumah Kaca Terhadap Pemanasan Global
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR