Sepatu paus adalah sepatu bersol datar yang terbuat dari kulit maroko. Sepatu paus juga terbuat dari kain merah untuk musim dingin dan sutra untuk musim panas.
Sepatu tersebut diikat dengan tali sutra merah yang dihiasi rumbai emas. Garis emas membentang di sekeliling tepinya dan salib disulam di permukaannya. Mengapa salib? Di masa lalu, umat beriman menciumi sepatu yang berhiaskan salib itu.
Mengapa warna merah?
Sebagai aturan, paus mengganti sepatu setiap minggu pada Sabtu malam, dan setiap malam sebelum pesta. Ketika tidak bertugas, sepatu tersebut tetap berada dalam perawatan ajudan pertama.
Paus Pius IX tidak ingin mempertahankan kebiasaan yang mengganggu ini karena sepatu baru selalu tidak nyaman di kaki.
Namun, ia mempertahankan ritus seremonial untuk audiensi khidmat, konsistori, dan ketika mengadakan misa di kapel. Kalau tidak, ia menggunakan sepasang sepatu beludru merah khusus untuk musim dingin dan satin merah untuk musim panas.
Paus Pius IX juga mengenakan sepatu merino (wol) untuk musim pertobatan dan masa berkabung.
Sepanjang oktaf Paskah, sepatu kepausan terbuat dari damask putih agar serasi dengan busana lainnya.
Dalam hal sejarah, seperti banyak aspek lain dari busana dan pakaian Katolik, asal-usulnya terkait dengan Kekaisaran Romawi. Secara historis, pewarna warna tertentu lebih sulit diperoleh.
Penggunaannya secara alami terbatas yang dengan demikian menciptakan asosiasi simbolis dengan status sosial tertentu. Contohnya jubah ungu kaisar atau ungu yang diizinkan pada jubah senator Romawi.
Baca Juga: Konklaf, Proses Pemilihan Paus Gereja Katolik yang Telah Teruji Waktu
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR