Sementara itu, eksplorasi dan transportasi minyak lepas pantai, meskipun penting bagi perdagangan global, meningkatkan risiko tumpahan minyak yang merusak dan masuknya spesies invasif serta patogen yang dapat mengubah dinamika ekosistem laut secara drastis.
Krisis iklim memperparah tantangan yang sudah ada terhadap keanekaragaman hayati laut, sekaligus menimbulkan ancaman langsung terhadap perekonomian dan kehidupan manusia di kawasan LAK.
Komunitas pesisir dan pulau di seluruh wilayah ini menghadapi kombinasi dampak berbahaya, termasuk pemanasan laut yang signifikan, kenaikan permukaan air laut yang kian cepat, gelombang panas ekstrem, gelombang badai yang merusak, hujan lebat dan banjir, tornado, badai, serta erosi pantai yang parah.
Fenomena-fenomena ini secara langsung mengancam kelangsungan hidup penduduk di wilayah rentan tersebut dan membahayakan pilar-pilar ekonomi krusial seperti pariwisata dan infrastruktur pelabuhan, yang pada gilirannya dapat mengguncang seluruh rantai produksi dan pasokan di kawasan ini.
Mengarungi Masa Depan Biru: Solusi, Tata Kelola, dan Pembiayaan Inovatif
Menyadari urgensi krisis iklim dan keanekaragaman hayati, dunia membutuhkan "Planet Biru" yang sehat. Intergovernmental Oceanographic Commission dari UNESCO telah berperan aktif dalam bekerja sama dengan 23 negara di kawasan LAK untuk mengimplementasikan Marine Spatial Planning (MSP).
MSP adalah proses publik partisipatif yang bertujuan untuk menganalisis dan menata aktivitas manusia di wilayah laut. Melalui negosiasi politik, MSP berupaya menyelaraskan tujuan ekologis, ekonomi, dan sosial, yang sangat penting untuk tata kelola laut global yang efektif dan untuk memenuhi target perjanjian internasional utama, termasuk yang terkait dengan Iklim dan Keanekaragaman Hayati.
Solusi berbasis alam (SBN) memegang kunci penting untuk membalikkan tren keruntuhan layanan ekosistem laut dan memastikan keberlanjutan sosio-ekonomi. Restorasi ekosistem pesisir yang terdegradasi, seperti bakau dan terumbu karang, serta inisiatif ekonomi regeneratif yang beroperasi selaras dengan alam, sangat penting dalam upaya ini.
Integrasi SBN dengan mekanisme Pembiayaan Jasa Ekosistem (PEM) menawarkan jalur transformatif untuk menyelaraskan tujuan iklim dan keanekaragaman hayati. Pendekatan ini dapat mempercepat upaya pemetaan, restorasi, dan pengelolaan ekosistem laut dan pesisir secara berkelanjutan, sekaligus mempromosikan ketahanan iklim dan konservasi keanekaragaman hayati secara efektif.
Dalam hal pembiayaan dan peluang, sekitar 23,2% wilayah laut di Amerika Latin dan Karibia saat ini berada di bawah berbagai bentuk kawasan konservasi.
Baca Juga: Tahun 2025 Diklaim Sebagai Titik Balik Menuju Ekonomi Biru, Ini 4 Alasan Utamanya
KOMENTAR