Nationalgeographic.co.id—Selama beberapa dekade, wisatawan membayar sejumlah uang demi mendapatkan kesempatan melihat sekilas bangkai kapal Titanic di bawah laut. Namun, masih ada kekhawatiran etika mengenai dampak kapal selam ini terhadap situs yang rusak.
Diperlukan waktu 8 jam dan AS$250.000 (setara 4,1 miliar rupiah) untuk mencapai sisa-sisa kapal Titanic. Bangkai kapal itu berada sekitar 611 km dari pantai St. John's, Newfoundland.
Pada hari Minggu, lima orang naik ke kapal selam Titan untuk melakukan perjalanan itu. Kapal itu kehilangan kontak hanya 1 jam dan 45 menit dari ekspedisi 8 hari. Setelah ditemukan puing-puing yang cocok dengan kapal selam itu, kelima orang di dalamnya kini dianggap tewas.
Sangat berbahaya untuk melakukan perjalanan sekitar 3.800 kaki di bawah permukaan laut. Meski begitu, ini adalah kesempatan yang tak langka. “Sangat sedikit orang yang bisa melihat Titanic dengan mata kepala mereka sendiri,” tulis Allie Yang di laman National Geographic.
Lebih dari satu abad setelah kapal itu tenggelam, minat terhadap Titanic tetap tak terpuaskan. Sebagian besar orang memuaskan rasa ingin tahunya dengan mengunjungi museum, pameran, dan koleksi permanen di seluruh dunia.
Semua itu didedikasikan untuk bangkai kapal Titanic. Namun, siapa pun yang mampu membayar tiket, dapat melihat sisa-sisa Titanic dengan mata kepala sendiri di dasar laut.
Ada masalah etika dan bahaya kerusakan lebih lanjut pada bangkai kapal. Meski begitu, penyelaman ke Titanic telah ada selama lebih dari 20 tahun.
“Demam” untuk mengeklaim bangkai kapal Titanic
Pada tahun 1985, sebuah ekspedisi berhasil menemukan tempat peristirahatan terakhir Titanic. Ekspedisi itu dipimpin oleh National Geographic Explorer-at-Large Robert Ballard dan ahli kelautan Prancis Jean-Louis Michel.
Tak lama setelah itu, Ballard bersaksi di hadapan Kongres AS. Ia mendesak Kongres untuk menetapkan bangkai kapal tersebut sebagai tugu peringatan maritim. Pada bulan Juli 1986, Ballard meletakkan sebuah plakat di kapal. Ia meminta agar situs tersebut dibiarkan tidak terganggu untuk mengenang lebih dari 1.500 orang yang meninggal di sana.
Namun, permohonannya tidak dikabulkan. Sebaliknya, persaingan mengenai siapa yang akan diizinkan untuk menyelamatkan artefak dari kapal itu kian memanas.
Baca Juga: Mengapa di dalam Kapal Titanic Tidak Pernah Ditemukan Jasad Manusia?
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR