Masa simpan amunisi yang dapat digunakan bersifat relatif dan didasarkan pada beberapa pertimbangan. Hal ini bergantung pada metode pemuatan, kualitas, dan komponen seperti bubuk, jenis primer, dan sealant dari masing-masing produsen.
Amunisi berselubung baja lebih rentan terhadap karat daripada amunisi berselubung kuningan. Selain itu, peluru dengan timah yang terbuka lebih mungkin mengalami degradasi daripada peluru dengan selongsong logam penuh.
Risiko menggunakan amunisi lama
Ada beberapa kecelakaan paling umum yang dapat terjadi ketika seseorang menggunakan amunisi lama:
- Gagal tembak. Detonator (primer) tidak menyulut bubuk mesiu. Ini mungkin merupakan efek samping yang paling umum dari amunisi tua.
- Kristal peledak memperkuat daya ledak amunisi. Kristal peledak terbentuk melalui proses kimia, membuat amunisi lebih kuat, tetapi dapat merusak senjata api saat ditembakkan.
- Reaksi asam saat ditembakkan. Hal ini membuat senjata mengeluarkan uap asam yang dapat menurunkan kinerjanya.
- Penggumpalan. Kondisi ini menurunkan performa amunisi, dan seperti petasan basah, peluru mungkin tidak keluar saat ditembakkan. Akibatnya, laras bisa tersumbat, dan jika peluru berikutnya ditembakkan ke dalam laras yang tersumbat, hal ini sangat berbahaya dan tidak bisa diprediksi.
Jika senjata mengeluarkan suara yang tidak biasa saat menembak, seseorang perlu segera mengosongkan senjata dengan aman dan memasukkan batang pembersih ke dalam laras untuk memastikan tidak ada peluru yang tersangkut.
---
Pengetahuan tak terbatas kini lebih dekat. Simak ragam ulasan jurnalistik seputar sejarah, sains, alam, dan lingkungan dari National Geographic Indonesia melalui pranala WhatsApp Channel https://shorturl.at/IbZ5i dan Google News https://shorturl.at/xtDSd. Ketika arus informasi begitu cepat, jadilah bagian dari komunitas yang haus akan pengetahuan mendalam dan akurat.
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR