Nationalgeographic.co.id—SUE, Tyrannosaurus rex, menjadi salah satu daya tarik utama Field Museum. 67 juta tahun yang lalu, Tyrannosaurus rex adalah “burung pembunuh” bergigi yang mengintai daratan. Daratan tersebut kini menjadi bagian dari Formasi Hell Creek dekat Faith, South Dakota.
Hell Creek telah menghasilkan banyak fosil yang telah membantu para ilmuwan mempertajam gambaran mereka tentang masa lalu yang jauh. Tulang-tulang SUE (250 dari 380, menjadikan spesimen ini T. rex terlengkap yang pernah digali) membantu peneliti memahami biologi dan perilakunya.
Namun fosil-fosil di dekatnya telah menghasilkan wawasan lain. Di antaranya adalah petunjuk tentang dedaunan yang SUE intip dan injak setiap hari.
“Kami dapat merekonstruksi lingkungan ini dengan cara yang intens dan berlapis karena catatan fosilnya sangat bagus,” kata Meredith Whitfield, pengembang pameran di Field Museum. Salah satu lapisan tersebut melibatkan bau yang mungkin berasal dari Zaman Kapur.
Museum mulai menata ulang tampilan SUE. Tujuannya adalah untuk membuat orang merasa seakan-akan SUE berada di ruangan bersama mereka. Oleh karena itu, pameran baru tersebut melibatkan beberapa indra. Satu tampilan interaktif mengundang pengunjung untuk meletakkan siku mereka di atas meja.
Kemudian pengunjung menyentuh tulang pipi mereka saat gelombang suara bergerak. Suara itu menirukan sensasi gemuruh frekuensi rendah dari predator sepanjang 12 meter yang menghentakkan kaki.
Dan kemudian ada baunya. “Aroma adalah cara yang tak terduga untuk menghidupkan suatu lingkungan,” kata Whitfield.
Untuk menciptakan bau Zaman Kapur terasa hidup, tim memutuskan untuk mencoba menirukan empat bau. Mulai dari aroma pepohonan di hutan hingga bau busuk napas dinosaurus. Untuk melakukannya, mereka menggunakan pengetahuan paleontologi, bahan kimia modern, dan banyak sekali percobaan.
Aroma hutan—pohon pinus yang menusuk hidung, aroma bunga saat mekar—merupakan bagian yang berbeda dari pengalaman tersebut. Tim harus terlebih dahulu mencari tahu tanaman yang paling mirip dengan yang tumbuh di sekitar SUE dan rekan-rekan dinosaurusnya.
“Flora akhir Zaman Kapur cukup mirip dengan rawa yang didominasi kayu keras saat ini,” kata Az Klymiuk, manajer koleksi paleobotani museum. Berdasarkan fosil, para ilmuwan mengetahui, misalnya, bahwa ada kolam yang ditutupi lapisan tebal Cobbania. Cobbania adalah tanaman yang mirip dengan selada air hidup. Daunnya mengambang dan membentuk roset.
Di daratan, mungkin ada hutan berdaun lebar yang ditumbuhi beberapa tumbuhan runjung seperti cemara dan kayu merah. Catatan prasejarah juga mencakup daun dari genus pohon tulip modern, Liriodendron tulipifera.
Baca Juga: Apakah Ayam Keturunan Dinosaurus? Ini Jawaban Ilmiah Profesor Genetik
Source | : | Atlas Obscura |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR