Kurniawan Adi Saputro—Kurator Pameran Ragam Flora Indonesia 5: Khazanah Alam Nusantara
Nationalgeographic.co.id—Pameran Ragam Flora Indonesia 5 mencoba pendekatan baru. Biasanya seniman botani memandang benda di depan mereka sebagai tumbuhan belaka, dengan ciri-ciri bentuk dan visualnya.
Dalam pandangan seniman, dan akibat cara pandang itulah, tumbuhan tersebut mendapatkan wujud dan tercipta sebagai lukisan. Ia dipisahkan dari lingkungannya (lihat latar belakang kosong), dibersihkan dari kotoran, diiris-dipotong (untuk diamati), diputar-putar (untuk komposisi), dan direkayasa supaya tampak dengan cara tertentu yang diingini oleh seniman.
Dengan demikian, disiplin seni botani sebenarnya bukan sekadar teknik melukis, melainkan cara tertentu untuk memandang dan menghadirkan makhluk lain mengikuti hasrat-hasrat manusia untuk mengetahui, menikmati keindahan, dan memanfaatkan. Sejatinya pendekatan ini menerungku seniman untuk hanya bisa melihat tumbuhan sebagai benda yang terpisah dan manusialah yang menghadirkannya ada. Sebaliknya, tumbuhan tak berkesempatan terlibat dalam pelukisan dirinya.
Untuk mencoba keluar dari ini, para seniman diajak berdiskusi, diberi contoh-contoh, diminta berpikir, kemudian menulis hubungan pribadi mereka dengan tumbuhan. Contoh-contoh tulisan memperlihatkan orang menulis surat untuk pohon, mengucap terima kasih, menyentuhnya dengan lembut, berbagi hati yang patah, bahkan meminta maaf.
Tumbuhan tidak lagi sekadar benda (hidup), tetapi pelan-pelan memasuki tataran kehadiran yang lebih bermakna, yakni pelaku dalam lapangan hidup yang bermakna. Di sana tumbuhan bukan objek pengamatan, tetapi balas memandang kita. Di sana manusia tidak pantas untuk menerobos masuk tanpa permisi, melukai tanpa alasan kuat, dan semena-mena menentukan nasib tumbuhan.
Mengubah pendekatan bukan soal yang mudah karena latihan yang didapat selama ini tidak begini dan cara baru ini belum berkembang. Bahkan selama proses terdengar ungkapan frustrasi seniman karena ‘terpaksa’ memikirkan kembali pilihannya sebab tumbuhan yang sedang ia kerjakan tidak memiliki hubungan pribadi dengannya. Juga terdengar keluhan seniman yang merasa kesulitan menulis karena tidak pernah disuruh menulis yang seperti ini.
Kesulitan-kesulitan ini tidak dicari-cari dan diniatkan untuk mempersulit seniman, tetapi tak terhindari saat kita berupaya untuk menjalin hubungan. Kesulitan lain yang dihadapi seniman adalah membuka diri dan bercerita hal-hal pribadi. Namun, ini penting dalam menjalin hubungan karena membuat kita mengenal dan dikenal oleh pihak lain dalam hubungan.
Mari kita simak tulisan yang menunjukkan bagaimana seniman mengenal tumbuhan. Dalam satu tulisan seorang seniman menulis bagaimana ia mula-mula melihat tunas daun "berwarna merah muda dan jingga kemerahan" yang mencolok di antara tetumbuhan lain. Kemudian si seniman "memunguti bunga-bunga putih yang berjatuhan di tanah, menguarkan keharuman halus, mirip bunga teh". Dari hanya terlihat, tumbuhan ini berangsur-angsur menjadi tersentuh dan tercium.
Buahnya terlihat berubah warna saat matang dan "meletupkan biji-biji kecil bersayap yang unik". Di tahap terakhir si seniman "mengenali sosoknya, meskipun dari kejauhan" seperti teman baik, bahkan keluarga. Dalam tulisan lain, seorang seniman mengungkapkan dengan indah bahwa "cinta akan selalu ada dalam setiap yang mengenal.”
Source | : | Indonesian Society of Botanical Artists |
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR