Nationalgeographic.co.id—Di Indonesia, kebanyakan orang mungkin mandi sehari 2 kali. Namun, jika Anda hanya punya kesempatan mandi sehari sekali karena alasan tertentu, mungkin Anda bertanya lebih baik mandi di pagi hari atau malam hari?
Menurut seorang ahli mikrobiologi, sebenarnya ada jawaban yang jelas untuk pertanyaan ini.
Penting untuk ditekankan bahwa mandi merupakan bagian penting dari rutinitas kebersihan yang baik, terlepas kapan Anda ingin melakukannya.
Mandi membantu kita menghilangkan kotoran dan minyak dari kulit kita, yang dapat membantu mencegah ruam dan infeksi kulit. Mandi juga menghilangkan keringat yang dapat menghilangkan bau badan.
Banyak dari kita yang mengira bau badan disebabkan oleh keringat. Padahal, bau badan sebenarnya dihasilkan oleh bakteri yang hidup di permukaan kulit kita. Keringat segar sebenarnya tidak berbau.
Namun, bakteri yang hidup di kulit, khususnya stafilokokus, menggunakan keringat sebagai sumber nutrisi langsung. Saat bakteri memecah keringat, bakteri tersebut melepaskan senyawa yang mengandung sulfur yang disebut tioalkohol, yang merupakan penyebab bau badan menyengat yang banyak kita kenal.
Jadi, mandi siang atau malam?
Dilansir laman incaberita.co.id, pada siang hari, tubuh dan rambut Anda pasti akan mengumpulkan polutan dan alergen (seperti debu dan serbuk sari) selain akumulasi keringat dan minyak sebasea. Sebagian partikel ini akan tertahan oleh pakaian, sebagian lainnya dapat berpindah ke seprai dan sarung bantal.
Keringat dan minyak dari kulit juga akan mendukung pertumbuhan bakteri yang menyusun mikrobioma kulit Anda. Bakteri ini kemudian dapat berpindah dari tubuh ke seprai.
Mandi di malam hari dapat menghilangkan sebagian alergen, keringat, dan minyak yang terkumpul di siang hari, sehingga lebih sedikit yang menempel di seprai Anda.
Namun, meskipun Anda baru saja mandi sebelum tidur, Anda akan tetap berkeringat di malam hari, berapa pun suhunya. Mikroba kulit kemudian akan memakan nutrisi dalam keringat tersebut. Ini berarti bahwa pada pagi hari, Anda akan memiliki mikroba yang menempel di seprai dan Anda mungkin juga akan bangun dengan bau badan.
Baca Juga: Jika Menyikat Gigi Sekali Sehari, Sebaiknya saat Pagi atau Malam Hari?
Manfaat kebersihan mandi di malam hari akan sia-sia jika sprei tidak dicuci secara teratur. Mikroba penyebab bau yang ada di sprei dapat berpindah ke tubuh Anda yang bersih saat tidur.
Mandi di malam hari juga tidak menghentikan pengelupasan sel-sel kulit. Ini berarti sel-sel tersebut berpotensi menjadi sumber makanan bagi tungau debu rumah, yang kotorannya dapat bersifat alergenik.
Jika Anda tidak mencuci seprai secara teratur, hal ini dapat menyebabkan penumpukan sel kulit mati yang akan menjadi tempat berkembang biaknya lebih banyak tungau debu. Kotoran tungau debu ini dapat memicu alergi dan memperparah asma.
Di sisi lain, mandi pagi dapat membantu menghilangkan sel kulit mati serta keringat atau bakteri yang menempel di seprai tempat tidur di malam hari. Hal ini penting dilakukan terutama jika seprai belum dicuci bersih saat Anda tidur.
Dengan melakukan mandi pagi dan mengenakan pakian baru, tubuh akan lebih bersih dari mikroba kulit yang menempel di malam hari.
Anda juga akan memulai hari dengan lebih sedikit keringat yang dapat menjadi sumber makanan bagi bakteri penyebab bau badan. Hal ini mungkin juga akan membantu Anda tetap segar lebih lama di siang hari dibandingkan dengan orang yang mandi di malam hari.
Terlepas dari hal itu, setiap orang punya preferensi waktu mandi masing-masing. Kapan pun Anda memilih, ingatlah bahwa efektivitas mandi dipengaruhi oleh banyak aspek dari rutinitas kebersihan pribadi, seperti seberapa sering Anda mencuci seprai.
Jadi, Anda lebih suka mandi pagi atau malam, penting untuk membersihkan sprei secara teratur. Anda harus mencuci sprei dan sarung bantal setidaknya seminggu sekali untuk menghilangkan semua keringat, bakteri, sel kulit mati, dan minyak sebasea yang menumpuk di sprei.
--
Pengetahuan tak terbatas kini lebih dekat! Dapatkan berita dan artikel pilihan tentang sejarah, sains, alam, dan lingkungan dari National Geographic Indonesia melalui WhatsApp Channel di https://shorturl.at/IbZ5i dan Google News di https://shorturl.at/xtDSd. Jadilah bagian dari komunitas yang selalu haus akan ilmu dan informasi!
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR