Nationalgeographic.co.id—Cuplikan kedua dari film Jurassic World Rebirth resmi diluncurkan oleh Universal Pictures. Film bertema dinosaurus ini hadir dengan nuansa yang lebih gelap dan horor dari seri sebelumnya. Salah satu makhluk prasejarah yang muncul dalam cuplikan adalah Quetzalcoatlus—pterosaurus raksasa yang mencuri perhatian karena ukurannya yang luar biasa.
Dengan bentang sayap sekitar 12 meter, Quetzalcoatlus adalah hewan terbesar yang diketahui mampu terbang. Meski demikian, makhluk menakjubkan ini masih menyimpan banyak misteri. Fosilnya yang langka menyebabkan para ilmuwan selama bertahun-tahun hanya bisa berspekulasi tentang bagaimana makhluk sebesar itu bisa mengudara.
Beberapa ahli menduga Quetzalcoatlus terbang dengan cara bertumpu ke depan pada ujung sayapnya seperti kelelawar vampir. Ada juga yang berpendapat ia membangun kecepatan dengan berlari dan mengepakkan sayapnya seperti albatros. Bahkan, ada yang meragukan apakah hewan ini bisa terbang sama sekali.
Namun, menurut sebuah studi, makhluk raksasa ini kemungkinan besar melompat—meloncat setidaknya setinggi 2,4 meter ke udara sebelum mengangkat tubuhnya dengan sapuan sayap.
Kajian Matthew A. Brown dan Kevin Padian itu berjudul “Memoir 19: The Late Cretaceous pterosaur Quetzalcoatlus Lawson 1975 (Pterodactyloidea: Azhdarchoidea)” yang terbit di Journal of Vertebrate Paleontology.
Temuan ini merupakan bagian dari studi paling komprehensif yang pernah dilakukan terhadap pterosaurus. Sekaligus menjadi salah satu dari banyak studi yang dimuat dalam kumpulan riset baru tentang Quetzalcoatlus.
Sering tampil di film, komik, hingga bergelantungan di langit-langit museum, pterosaurus raksasa yang dijuluki “Texas Pterosaur” ini telah menjadi ikon budaya populer sejak pertama kali ditemukan pada 1971. Penemunya adalah Douglas Lawson, mahasiswa pascasarjana geologi berusia 22 tahun dari University of Texas at Austin, di Big Bend National Park.
Meski demikian, popularitasnya di media belum diimbangi oleh penelitian ilmiah yang mendalam. Di luar deskripsi awal yang dibuat oleh Lawson, hampir tidak ada studi ilmiah yang diterbitkan berdasarkan analisis langsung terhadap tulang-tulangnya.
Kehadiran koleksi riset terbaru—berupa monograf yang mencakup pengantar dan lima studi—berupaya mengisi kekosongan tersebut, menurut Matthew Brown, salah satu editor monograf sekaligus direktur Koleksi Paleontologi Vertebrata di Jackson School of Geosciences, University of Texas.
“Ini adalah pertama kalinya kami memiliki studi yang benar-benar menyeluruh,” kata Brown, seperti dikutip dari laman Eurekalert. “Meski Quetzalcoatlus telah dikenal selama 50 tahun, pemahaman kita tentangnya masih sangat terbatas.”
Baca Juga: Pteranodon, Reptil Terbang Raksasa pada Era Dinosaurus yang Sering Disalahpahami
Source | : | Journal of Vertebrate Paleontology,EurekAlert! |
Penulis | : | Lastboy Tahara Sinaga |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR