Dalam berbagai visualisasi selama bertahun-tahun, para ilmuwan dan seniman kerap menggambarkan Quetzalcoatlus sebagai pemakan bangkai, pencari makanan di darat, atau penangkap ikan di permukaan air.
Namun, dalam penelitian terbarunya, Lehman menginterpretasikan Quetzalcoatlus sebagai makhluk pemilah makanan yang menggunakan rahang panjang tak bergigi untuk menyaring kepiting, cacing, dan kerang dari dasar danau atau sungai.
Wann Langston, Jr., mantan direktur Koleksi Paleontologi Vertebrata di University of Texas, diketahui mendedikasikan puluhan tahun untuk mempelajari Quetzalcoatlus. Sayangnya, sebagian besar temuannya belum sempat dipublikasikan sebelum ia wafat pada 2013.
Sebagai bentuk penghormatan atas kontribusinya yang signifikan, nama Langston dicantumkan sebagai penulis bersama dalam dua studi yang terdapat dalam koleksi penelitian ini.
Darren Naish, seorang paleozoolog yang dikenal sebagai pakar pterosaurus dan tidak terlibat langsung dalam penelitian ini, mengungkapkan bahwa temuan yang dimuat dalam monograf tersebut merupakan terobosan penting bagi ilmu pengetahuan tentang pterosaurus.
Ia menilai bahwa menyebut karya ini sebagai sesuatu yang telah lama dinantikan sebenarnya tidak cukup menggambarkan signifikansinya. Ia juga menekankan bahwa penelitian ini benar-benar memberikan kontribusi besar, dengan menghadirkan ulasan paling komprehensif tentang hewan ikonik tersebut.
Menurutnya, belum pernah ada kumpulan informasi sedetail ini mengenai kelompok azhdarchid—keluarga pterosaurus yang mencakup Quetzalcoatlus—yang dihimpun dalam satu publikasi. Ia meyakini bahwa karya ini akan menjadi referensi utama dalam studi tentang kelompok ini selama bertahun-tahun, bahkan mungkin hingga beberapa dekade mendatang.
Kembalinya Quetzalcoatlus ke layar lebar lewat Jurassic World Rebirth bukan hanya menjadi suguhan visual menegangkan, tetapi juga membuka pintu ketertarikan baru terhadap sains di balik makhluk prasejarah ini.
Di tengah gelapnya narasi fiksi, riset-riset ilmiah terbaru menghadirkan cahaya bagi pemahaman kita tentang pterosaurus terbesar yang pernah terbang. Dari museum hingga bioskop, dari fosil hingga layar sinema, Quetzalcoatlus terus membentangkan sayapnya—bukan hanya di langit purba, tetapi juga dalam imajinasi dan pengetahuan manusia modern.
--
Pengetahuan tak terbatas kini lebih dekat! Dapatkan berita dan artikel pilihan tentang sejarah, sains, alam, dan lingkungan dari National Geographic Indonesia melalui WhatsApp Channel di https://shorturl.at/IbZ5i dan Google News di https://shorturl.at/xtDSd. Jadilah bagian dari komunitas yang selalu haus akan ilmu dan informasi!
Source | : | Journal of Vertebrate Paleontology,EurekAlert! |
Penulis | : | Lastboy Tahara Sinaga |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR