Asuransi Kematian dan Biaya Sampah
Salah satu ketentuan baru yang diusulkan adalah kewajiban memiliki asuransi untuk menanggung biaya tinggi dan risiko besar dalam proses evakuasi jenazah dari gunung.
Selain itu, untuk mengatasi persoalan sampah di Everest, pemerintah akan mengganti setoran sampah sebesar $4.000 yang selama ini bisa dikembalikan, menjadi biaya tetap yang tidak bisa diklaim kembali.
Pengelolaan dan pengangkutan sampah dari gunung akan menjadi tanggung jawab langsung Kementerian Pariwisata.
Menurut Lakpa Rita, aturan semacam ini—yang lebih menekankan pada kepatuhan perusahaan ekspedisi dibandingkan memantau sertifikat medis dan pendakian tiap individu—memiliki peluang lebih besar untuk diterapkan secara efektif.
Salah satu aturan yang disebut Lakpa Rita mulai diberlakukan adalah kewajiban membawa turun kotoran manusia dari gunung menggunakan kantong limbah khusus.
Ia bahkan melakukan panggilan video dengan pejabat setempat untuk memberi arahan teknis penerapannya. Saat menjabat sebagai sirdar di Alpine Ascents International yang berbasis di Seattle, ia sudah mewajibkan tim Sherpa-nya menggunakan kantong tersebut, bahkan sebelum ada regulasi resmi.
“Supaya aturan seperti ini berhasil,” ujarnya, “perusahaan ekspedisi harus jujur dan disiplin.” Pada 2015, The Washington Post melaporkan bahwa para pendaki meninggalkan sekitar 12 ton tinja setiap musim, dan menyebut Everest sebagai “bom waktu kotoran manusia.”
Apakah seluruh usulan aturan baru ini akan benar-benar diterapkan—dan lebih penting lagi, ditegakkan—masih menjadi pertanyaan besar. Alan Arnette mendorong para pendaki untuk mempelajari usulan tersebut, menentukan sendiri mana yang masuk akal, dan mulai menerapkannya secara sukarela.
Banyak operator pendakian seperti Alpine Ascents International dan Furtenbach Adventures sebenarnya telah menetapkan syarat pengalaman mendaki di ketinggian ekstrem bagi klien yang ingin mencoba Everest.
Untuk saat ini, musim pendakian Everest tahun ini hampir berakhir. Dalam blog-nya, Arnette mencatat bahwa jumlah total pendaki yang berhasil mencapai puncak, dari kedua sisi gunung, telah mencapai “setidaknya 525 orang.”
---
Pengetahuan tak terbatas kini lebih dekat. Simak ragam ulasan jurnalistik seputar sejarah, budaya, sains, alam, dan lingkungan dari National Geographic Indonesia melalui pranala WhatsApp Channel https://shorturl.at/IbZ5i dan Google News https://shorturl.at/xtDSd. Ketika arus informasi begitu cepat, jadilah bagian dari komunitas yang haus akan pengetahuan mendalam dan akurat.
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR