“Stroke di batang otak hampir selalu berakibat fatal,” jelas Fedorenko. Kerusakan yang bisa dipulihkan biasanya terjadi di bagian luar otak, yaitu korteks. Usia juga berperan besar dalam proses pemulihan.
“Secara umum, semakin dini seseorang mengalami kerusakan otak, peluang pemulihannya justru lebih baik,” ujar Fedorenko. Misalnya, hemispherectomy memiliki hasil terbaik bila dilakukan sebelum anak berusia 2 tahun.
Namun, ada pengecualian—kerusakan pada otak kecil (cerebellum) justru cenderung menyebabkan dampak lebih parah pada anak-anak, karena bagian ini tumbuh cepat di masa kanak-kanak dan berperan penting dalam banyak tahapan perkembangan.
Meski begitu, ada beberapa kasus langka yang terdokumentasi di mana seseorang hidup tanpa cerebellum (otak kecil). Salah satu contohnya adalah seorang perempuan yang baru mengetahui di usia 20-an bahwa ia ternyata terlahir tanpa cerebellum. Meski mengalami kesulitan berbicara dan bergerak, ia tetap mampu menjalani hidup hingga dewasa.
Kasus seperti ini menunjukkan bahwa jumlah orang dengan struktur otak yang tidak lazim mungkin lebih banyak daripada yang selama ini disadari para ilmuwan. Banyak kelainan otak justru baru ditemukan secara tidak sengaja, saat seseorang menjalani pemeriksaan pencitraan untuk kondisi medis lain yang tidak terkait.
Melihat berbagai kasus ini, Fedorenko menilai sudah saatnya kita memperluas “batas toleransi kesalahan” dalam memahami kemampuan otak yang tidak biasa.
“Masih banyak hal yang belum kita ketahui tentang otak-otak yang bentuknya sangat berbeda dari otak normal, namun tetap mampu menopang fungsi kognitif manusia dengan baik,” kata Fedorenko.
---
Pengetahuan tak terbatas kini lebih dekat. Simak ragam ulasan jurnalistik seputar sejarah, budaya, sains, alam, dan lingkungan dari National Geographic Indonesia melalui pranala WhatsApp Channel https://shorturl.at/IbZ5i dan Google News https://shorturl.at/xtDSd. Ketika arus informasi begitu cepat, jadilah bagian dari komunitas yang haus akan pengetahuan mendalam dan akurat.
Source | : | Live Science |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR