Telur menetas dan berisi anak manusia
Seakan masih belum cukup mendapatkan kejutan, telur-telur itu pun menetas keesokan harinya. Alih-alih berisi unggas, telur itu justru berisi anak manusia.
Dari enam butir telur, empat menetas menjadi anak laki-laki, satu orang anak perempuan. Sedangkan satu telur mengeras menjadi sebuah batu.
Lima orang dibalut kain putih yang bersinar, tanda bahwa mereka diturunkan dari kayangan.
Tentu saja pasangan suami istri itu amat bahagia dengan kehadiran lima anak itu. Pasalnya, mereka sudah lama menantikan kehadiran buah hati dan terus berdoa untuk permohonan itu. Merasa doanya sudah dikabulkan, suami istri itu pun berjanji kepada Tuhan untuk merawat dan membesarkan anak-anak mereka dengan baik.
Keempat anak laki-laki diberi nama War, Betani, Dohar, dan Mohamad. Sementara, sang anak perempuan diberi nama Pintolee.
Waktu berlalu, kelima anak tersebut pun tumbuh besar. War, Betani, Dohar, Mohamad, dan Pintolee dikenal sebagai anak-anak yang rajin bekerja dan berbakti.
Kelima anak berbakti itu sangat rajin membantu orang tuanya. Lahan pertanian yang mereka kerjakan menjadi makmur dan berkembang sampai ke empat pulau besar di sekitar Teluk Kabui. Bukan hanya kedua orang tuanya, masyarakat desa pun kagum akan kebaikan anak-anak ini.
Warisan dari sang ayah
Sebagai orang tua, sang ayah pun menyiapkan warisan untuk anak-anaknya. Namun sebelum warisan itu dibagikan, keluarga itu menghadapi satu masalah. Rupanya, Pintolee jatuh hati dengan seorang pemuda. Namun, hubungan mereka tidak disetujui oleh keluarga.
Pintolee yang sedang mabuk kasmaran pun memilih untuk meninggalkan keluarganya. Menurut legenda, ia bersama pujaan hatinya berlayar dengan cangkang kerang besar. Keduanya tiba di Pulau Numfor.
Kabar tentang Pintolee dan kekasihnya pun tersiar ke penjuru pulau. Meski begitu, keempat anak laki-laki keluarga itu tetap setia menemani ayah dan ibunya.
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR