Seiring dengan berjalannya waktu, sang ayah semakin bertambah umur. Ia pun membagikan warisan yang telah disiapkannya. Setiap anak laki-laki itu diberi satu pulau. War diberi Pulau Waigeo, Betani diberi Pulau Salawati, Dohar diberi Pulau Lilinta, dan Mohamad mendapatkan Pulau Waiga.
Anak-anak itu pun diberi pesan agar selalu menjaga pulau-pulau tersebut dan segala isinya dengan baik.
Empat raja memimpin empat pulau
Keempat anak-anak tersebut kemudian pergi dan menetap di masing-masing pulau yang telah dipercayakan oleh ayahnya.
Keempat anak laki-laki itu pun dikenal sebagai sosok yang tekun dan bijaksana. Masing-masing anak tersebut berkuasa dan menjadi raja atas pulaunya masing-masing. Pulau-pulau tersebut tumbuh subur dan makmur. Penduduk di sekitarnya juga hidup bahagia dan sejahtera. Dari sinilah kemudian lahir nama Raja Ampat. Empat orang raja yang berkuasa atas gugusan pulau yang subur dan sejahtera.
Bagaimana dengan telur terakhir yang menjadi batu?
Sementara itu, sebutir telur yang menjadi batu, sampai hari ini masih dirawat dan dijaga oleh penduduk setempat. Seperti 4 raja yang menguasai 4 pulau, batu itu juga diperlakukan oleh masyarakat sekitar layaknya seorang raja.
Penduduk memberikan ruangan tempat bersemayam, lengkap dengan dewa penjaga berwujud dua menhir. Kedua menhir itu diberi nama Man Moro dan Man Metem. Menhir-menhir itu diletakkan di sisi kanan dan kiri pintu masuk.
Batu yang hingga kini masih di simpan di Situs Kali Raja itu diberi nama Batu Telur Raja. Untuk menjaga kesuciannya, batu bernama Kapatnai ini hanya dapat dilihat setahun sekali pada saat upacara penggantian kelambu dan pemandian. Upacara itu hanya boleh dilakukan oleh keturunan raja.
Raja Ampat menarik wisatawan, baik domestik maupun mancanegara. Keanekaragaman hayati lautnya perlu terus dijaga. Ironisnya, Raja Ampat kini menghadapi ancaman serius yang bisa merusak kelestariannya.
Gerakan #SaveRajaAmpat pun muncul sebagai suara kolektif dari masyarakat, pelaku wisata, dan aktivis lingkungan. Tujuannya adalah untuk menyelamatkan Raja Ampat dari kerusakan lebih lanjut.
Isu-isu seperti deforestasi, perusakan terumbu karang, eksploitasi industri, serta hak-hak masyarakat adat menjadi bagian penting dalam perjuangan untuk melindungi wilayah Raja Ampat.
Bukan hanya tentang alam, gerakan #SaveRajaAmpat juga melindungi kehidupan masyarakat adat yang menjaga Raja Ampat dan budayanya.
Tanpa pelestarian yang tepat, bukan tidak mungkin "surga terakhir di bumi" itu akan menghilang.
--
Pengetahuan tak terbatas kini lebih dekat! Dapatkan berita dan artikel pilihan tentang sejarah, sains, alam, dan lingkungan dari National Geographic Indonesia melalui WhatsApp Channel di https://shorturl.at/IbZ5i dan Google News di https://shorturl.at/xtDSd. Jadilah bagian dari komunitas yang selalu haus akan ilmu dan informasi!
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR