Nationalgeographic.co.id—Dinosaurus sulit ditemukan di antara bebatuan berusia 99 juta tahun di gurun timur Utah. Sebagian besar hanya ditemukan sebagai pecahan-pecahan yang terkikis oleh sinar matahari.
Namun, ahli paleontologi menemukan Fona herzogae di sana. Herbivor kecil ini menggali tanah, menciptakan sarang tempat dinosaurus yang malang dikubur. Alhasil, mereka lebih terawetkan dibandingkan dengan kerabat mereka dari Zaman Kapur.
Dalam silsilah keluarga dinosaurus yang lebih luas, Fona termasuk dalam kelompok herbivor berukuran sedang yang disebut thescelosaurus. Pemakan tumbuhan ini tidak memiliki duri, tanduk, jambul, atau ornamen aneh lainnya.
“Jadi, mereka setara dengan domba pada zaman dinosaurus,” tulis Riley Black di laman National Geographic.
Namun, bukti terkini menunjukkan bahwa thescelosaurus termasuk di antara sedikit spesies dinosaurus yang diketahui yang menggali tanah. Kebiasaan itu mungkin telah membantu tubuh mereka sering masuk ke dalam catatan fosil. “Bila dibandingkan dengan dinosaurus kecil lain yang hidup berdampingan dengan Fona,” ungkap Black.
Ahli paleontologi mendeskripsikan thescelosaurus ini di The Anatomical Record. Penelitiannya bertajuk “A new semi-fossorial thescelosaurine dinosaur from the Cenomanian-age Mussentuchit Member of the Cedar Mountain Formation, Utah”.
“Di antara bebatuan periode Cretaceous awal di Utah timur, kerangka Fona termasuk di antara material dinosaurus paling melimpah,” kata ahli paleontologi dan penulis studi dari North Carolina Museum of Natural Sciences, Haviv Avrahami.
Selain kerangka yang hampir lengkap, tim menemukan beberapa kerangka Fona lainnya. Serta tulang-tulang individu di lokasi yang berbeda di lapisan batuan yang sama.
Penggalian fosil
Ahli paleontologi biasanya tidak berharap menemukan akumulasi dinosaurus kecil yang begitu banyak. Fona dewasa panjangnya sekitar 2,1 meter, atau seukuran anjing besar jika ekor panjang dinosaurus tersebut diperhitungkan. Dinosaurus kecil seperti itu sering dimangsa dinosaurus yang lebih besar. Selain itu, spesies kecil memiliki tulang yang lebih rapuh.
Jadi, bangkai mereka lebih mungkin hancur sebelum menjadi fosil. “Bahkan jalur air yang pernah melintasi ekosistem ini,” kata Avrahami, “dapat menyebabkan bangkai membusuk, terkoyak, dan berserakan.”
Baca Juga: Spinosaurus, Dinosaurus dalam Jurassic World yang Berburu di Air
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR