Nationalgeographic.co.id—Untuk menangkal panas berlebih, hewan besar seperti gajah dan badak harus mengembangkan strategi untuk tetap sejuk. Dinosaurus seperti Tyrannosaurus rex kemungkinan menghadapi masalah yang sama dengan gajah dan badak.
Sebuah penelitian menemukan bahwa bintang jurassic world itu memecahkannya dengan mengembangkan pendingin udara raksasa di kepala mereka.
Penelitian tersebut dipimpin oleh Casey Holliday. Holliday mengamati lubang-lubang besar di bagian atas tengkorak dinosaurus karnivora yang disebut fenestrae dorsotemporal. Studi anatomi yang cermat mengungkapkan bahwa rongga-rongga itu mungkin berisi jaringan yang kaya akan lemak dan pembuluh darah.
Struktur-struktur ini mungkin berguna untuk membuang panas ke lingkungan ketika dinosaurus kepanasan. Kemudian menyerap panas ketika mereka kedinginan. Holliday dan timnya melaporkan penelitiannya yang bertajuk “The Frontoparietal Fossa and Dorsotemporal Fenestra of Archosaurs and Their Significance for Interpretations of Vascular and Muscular Anatomy in Dinosaurs” dalam jurnal The Anatomical Record.
“Kami menemukan bahwa dinosaurus teropoda besar—dan bahkan beberapa yang kecil, seperti Velociraptor—memiliki kantong-kantong. Kantong-kantong itu mungkin berisi pembuluh darah dan membantu pengaturan suhu tubuh,” kata Holliday. Holliday adalah seorang ahli paleontologi di University of Missouri School of Medicine.
Tersembunyi di tempat yang mudah terlihat
Selama lebih dari satu abad, ahli paleontologi mengira bahwa lubang-lubang ini membantu menahan otot rahang spesies seperti T. rex. Pasalnya, pada dinosaurus dan kerabatnya yang masih hidup, burung, cekungan tersebut terletak tepat di depan bukaan otot rahang utama.
“Hampir semua orang berasumsi bahwa ini hanyalah tempat yang diperpanjang agar otot-otot tersebut dapat berkembang,” kata Thomas Holtz. Holtz adalah seorang ahli tyrannosaurus di University of Maryland College Park.
Holliday kemudian mempelajari ruang tengkorak ini pada dinosaurus, buaya, dan hewan lainnya. Penjelasan lama tersebut tidak masuk akal. Pertama, jika ruang tersebut mengikat otot rahang T. rex, otot tersebut harus keluar dari rahang, berputar 90 derajat. Lalu berkelok-kelok di sepanjang atap tengkorak. Lebih jauh lagi, permukaan tulang yang halus menunjukkan bahwa serat otot dan tendon tidak menempel di sana.
Sebaliknya, ketika para peneliti mempelajari anatomi buaya dan burung modern, beberapa kerabat terdekat dinosaurus non-unggas yang masih hidup. Mereka melihat bahwa hewan-hewan ini cenderung mengisi daerah tersebut dengan lemak dan pembuluh darah. Mirip seperti penukar panas pada unit pendingin udara, struktur tersebut memungkinkan darah untuk memancarkan atau menyerap panas dari lingkungan.
Untuk menguji interpretasi mereka, peneliti menggunakan kamera pencitraan termal untuk mengamati kepala buaya modern. Hasilnya: pada titik-titik yang berbeda dalam sehari, area tengkorak yang berisi fenestrae dorsotemporal relatif lebih hangat atau lebih dingin. Tergantung pada apakah hewan tersebut perlu menghilangkan panas atau mengumpulkannya. Peneliti membandingkannya dengan bagian kepala hewan lainnya.
Baca Juga: Bintang Jurassic World Spinosaurus Punya Layar di Punggung, untuk Apa?
“Salah satu tantangan fisiologis utama yang dihadapi hewan besar adalah kemampuan untuk melepaskan panas,” kata Holliday. “Jika dinosaurus teropoda besar berdarah panas, maka mereka mungkin memiliki tantangan dalam menghilangkan panas dalam beberapa kasus.”
Bagi dinosaurus teropoda besar seperti T. rex, struktur pendingin besar di kepala sangat membantu menjaga suhu otak tetap konstan. Terutama jika suhunya terlalu panas.
Ahli paleontologi dari New York Institute of Technology Jason Bourke melakukan penelitian pada tahun 2018. Ia menemukan sekelompok ankylosaurus mungkin memiliki saluran hidung yang besar dan berbelit-belit yang dipenuhi pembuluh darah.
Saat hewan tersebut bernapas, pembuluh ini akan membantu menghilangkan panas berlebih ke lingkungan. Bourke mengatakan bahwa penelitian baru ini meyakinkan. Terutama karena timnya tidak menemukan bukti adanya saluran hidung yang melebar serupa pada teropoda karnivora.
“Penelitian baru ini mengisyaratkan cara alternatif yang mungkin dilakukan theropoda untuk mengatur suhu otak dan mata mereka,” katanya.
Holliday berharap temuan ini dapat mendorong orang lain untuk menguji hipotesis struktur pendingin. Ada kemungkinan juga bahwa konsentrasi pembuluh darah di wilayah tengkorak ini dapat membantu mendukung struktur tampilan di kepala beberapa dinosaurus.
“Pada dinosaurus yang punah, struktur tersebut mungkin lebih besar secara proporsional daripada yang terlihat pada hewan yang masih hidup,” catat Holliday. Dan pada teropoda seperti T. rex, struktur yang dipenuhi pembuluh darah akan menutupi area yang luas di atas kepala.
Beberapa dinosaurus bertanduk, seperti Triceratops dan Chasmosaurus, memiliki tanda-tanda struktur serupa di atap tengkoraknya. Tanda-tanda struktur itu sangat dekat dengan jumbai leher mereka.
Ada kemungkinan bahwa dinosaurus mungkin telah menggunakan jaringan pembuluh ini untuk tampilan perubahan warna. “Bahkan jika itu sesederhana sisik yang memerah dan memucat dengan aliran darah di bawahnya,” kata Bourke.
---
Pengetahuan tak terbatas kini lebih dekat. Simak ragam ulasan jurnalistik seputar sejarah, budaya, sains, alam, dan lingkungan dari National Geographic Indonesia melalui pranala WhatsApp Channel https://shorturl.at/IbZ5i dan Google News https://shorturl.at/xtDSd. Ketika arus informasi begitu cepat, jadilah bagian dari komunitas yang haus akan pengetahuan mendalam dan akurat.
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR