Nationalgeographic.co.id—Bagi jutaan orang di seluruh dunia, memulai hari tanpa secangkir kopi hangat terasa hampa. Namun, di balik aroma yang memikat dan energi yang membangkitkan, tersembunyi sebuah perjalanan yang meninggalkan jejak lingkungan yang signifikan: jejak karbon.
Semakin meningkatnya risiko iklim dan ancaman nyata terhadap daerah penghasil kopi, yang tercermin dari kenaikan harga biji kopi hijau baru-baru ini, membuat kita perlu memahami dan mengurangi dampak lingkungan dari minuman harian kita.
Riset terbaru dari Terrascope, hasil kolaborasi dengan Olam Food Ingredients (ofi), menyingkap titik-titik emisi utama dan menawarkan solusi dekarbonisasi dalam rantai nilai kopi, seraya mengidentifikasi praktik terbaik untuk membangun kasus bisnis bagi investasi berkelanjutan.
Kopi, salah satu komoditas pertanian paling banyak diperdagangkan di dunia, dengan dominasi biji Arabika dan Robusta dalam produksi global, ternyata sangat rentan terhadap perubahan iklim.
Kenaikan suhu, curah hujan yang tak menentu, dan ancaman penyakit tanaman seperti karat daun kopi mengancam hasil panen, mata pencarian petani, dan bahkan masa depan produksi kopi itu sendiri.
Berbagai penelitian, seperti dilansir laman cdp.net, bahkan memprediksi bahwa pada tahun 2050, luas lahan yang cocok untuk budidaya kopi dapat menyusut drastis, antara 48% hingga 97% di wilayah-wilayah utama.
Dampak karbon kopi tidak hanya terbatas pada perkebunan; faktor-faktor lain seperti transportasi, pemanggangan, pengemasan, dan metode penyeduhan juga berkontribusi pada jejaknya.
Sebagai gambaran, secangkir kopi hitam ukuran 12 oz menghasilkan sekitar 0,258 kg CO₂e. Angka ini melonjak tajam hingga 0,844 kg CO₂e untuk secangkir latte, mengingat tingginya intensitas karbon dari produksi susu.
Artinya, jika Anda menikmati secangkir kopi hitam setiap pagi, Anda telah menyumbang 94 kg CO₂e dalam setahun—jumlah yang setara dengan emisi CO₂ dari pembakaran 11 galon bensin.
Langkah Menuju Kopi yang Lebih Ramah Lingkungan
Mayoritas jejak karbon kopi—sekitar 75% hingga 91%—berasal dari tahap sebelum biji kopi meninggalkan perkebunan. Beberapa faktor utama yang berkontribusi pada emisi ini meliputi perubahan penggunaan lahan dan deforestasi, di mana pembukaan hutan untuk perkebunan kopi melepaskan karbon yang tersimpan ke atmosfer.
Baca Juga: Mengapa ‘Sustainability’ Menjadi Kata Kunci Penting di Industri Kopi saat Ini?
KOMENTAR