Nationalgeographic.co.id—Saat ini, hanya ada satu spesies Homo yang tersisa di bumi, yaitu Homo sapiens (manusia modern). Dahulu, setidaknya ada sekitar 9 spesies manusia purba lain dengan genus Homo yang juga pernah hidup di bumi, selain Homo sapiens.
Mulai dari Homo erectus, Homo habilis, Homo rudolfensis, Homo antecessor, Homo heidelbergensis, Homo neanderthalensis, Homo floresiensis, Homo naledi, hingga Homo longi.
Mengapa Homo sapiens menjadi menjadi satu-satunya spesies Homo yang tersisa di bumi? Dan mengapa spesies hominin lainnya punah?
Dari segi otak, Homo neanderthalensis alias neanderthal sejatinya punya volume otak rata-rata lebih besar daripada Homo sapiens. Neanderthal dewasa punya volume otak sekitar 1.500 sentimeter kubik, sedangkan volume otak Homo sapiens adalah 1.350 sentimeter kubik.
"Tapi kompleksitas berpikirnya Homo sapiens lebih besar," ujar Kepala Pusat Riset Arkeometri Badan Riset dan Inovasi Nasional, Sofwan Noerwidi, saat ditemui di acara Bincang Redaksi yang diadakan National Geographic Indonesia di Jakarta pada akhir pekan lalu. Tengkorak Homo sapiens dan neanderthal yang pernah ditemukan menjadi acuannya.
Temuan-temuan arkeologi terkait kehidupan manusia purba itu juga menjadi petunjuk. "Neanderthal kalah teknologi dengan sapiens," sebut Sofwan. "Secara tidak langsung, Neanderthal itu tidak bisa menciptakan alat berburu jarak jauh. Jadi dia berburu dia jarak dekat. Jadi senjata dia tombak."
"Tombak entah dari kayu seperti yang di (situs) Solingen di Jerman, atau mata-mata tombak seperti yang ada di Mousterian. Itu tombak," lanjutnya.
Sementara itu di periode yang sezaman, kata Sofwan, "Sapiens sudah pakai panah. Jarak jauh."
Jadi, dari segi perkakas yang bisa dibuat dan dipakai oleh masing-masing hominin tersebut, misalnya di periode yang sama sekitar 40.000 tahun lalu, Homo sapiens memang jauh lebih unggul dibanding neanderthal sehingga lebih mungkin untuk menang dalam konflik melawan spesies hominin lain atau lebih mungkin untuk bisa bertahan hidup.
"Mungkin ketika enggak sengaja konflik, neanderthal kalah. Dan mungkin juga ketika berburu, kalah," papar Sofwan.
Baca Juga: Penemuan Homo erectus di Selat Madura dan Tanah Sundaland yang Hilang
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR