Nationalgeographic.co.id - Tidak bisa dipungkiri, fosil dinosaurus selalu menjadi daya tarik utama di museum. Ukurannya yang luar biasa, bentuknya yang tak lazim, dan kesan prasejarah yang melekat membuat siapa pun terpukau di hadapannya.
Namun, di balik kekaguman itu, sering kali muncul satu pertanyaan, apakah tulang dinosaurus yang dipajang di museum itu benar-benar asli?
Pertanyaan ini sangat masuk akal, apalagi ketika pengunjung diberi kesempatan mendekat, bahkan menyentuh spesimen tersebut. Wajar bila muncul rasa ingin tahu, benarkah ini peninggalan makhluk raksasa yang pernah hidup jutaan tahun lalu?
Jawabannya tidak sesederhana ya atau tidak. Dalam dunia paleontologi, ada beragam tingkatan "keaslian" yang melekat pada fosil, tergantung pada bentuk dan tujuan pamerannya. Setidaknya, ada tiga kategori utama yang biasa digunakan untuk menjelaskan benda-benda prasejarah seperti tulang dinosaurus.
Yang pertama adalah spesimen asli, fosil sejati yang diambil langsung dari dalam tanah. Ini bisa berupa tulang, gigi, cangkang, daun purba, bahkan jejak kaki. Tapi meskipun disebut “asli”, benda ini sebenarnya bukan lagi tulang dalam arti biologis.
Selama jutaan tahun, materi organiknya telah tergantikan oleh mineral, menjadikannya lebih sebagai batu daripada tulang hidup. Jadi, meskipun berasal dari makhluk nyata yang pernah hidup, benda ini adalah versi "fosil" dari keasliannya dulu.
Kemudian, kategori kedua adalah cetakan atau replika. Karena jumlah fosil utuh yang tersedia sangat terbatas dan rentan rusak, banyak museum memilih untuk memajang salinan dari spesimen asli. Cetakan ini dibuat menggunakan teknik presisi tinggi, bahkan sering kali sampai detail mikroskopis.
Meskipun bukan fosil asli, cetakan ini bukan pula tipuan. Cetakan tersebut adalah replika yang mereproduksi aslinya seakurat mungkin (dan sering kali hingga ke detail mikroskopis, percaya atau tidak, seperti itulah ketepatan cetakan yang digunakan).
Museum pada umumnya pandai menandai apa yang asli dan tidak asli dan beberapa bahkan menyertakan kunci kecil untuk menunjukkan bagian mana yang terbuat dari fosil dan mana yang terbuat dari cetakan, atau bahkan memastikan keduanya memiliki warna yang sangat berbeda.
Kerangka dinosaurus yang megah di ruang utama museum, sering kali merupakan kombinasi dari cetakan tulang asli dan bagian-bagian yang telah dipulihkan. Misalnya, jika bagian tubuh seperti lengan atau tulang rusuk hilang atau rusak, para ahli bisa menambahkan salinan dari spesimen lain atau membuat bagian tersebut dari bahan sintetis berdasarkan data ilmiah.
Baca Juga: Mengenal Nipponopterus mifunensis, Dinosaurus Terbang Baru dari Jepang
Source | : | The Guardian |
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR