Nationalgeographic.co.id – Sushi kini dikenal sebagai simbol kuliner Jepang yang mendunia. Namun, tahukah Anda bahwa sejarah panjang di balik sajian ikonik ini tidak bermula dari Negeri Sakura?
1. Asal Usul Sushi Bukan dari Jepang
Meskipun sangat identik dengan Jepang, akar sushi justru berasal dari Asia Tenggara pada abad ke-2. Di wilayah yang kini menjadi Thailand, Vietnam, Laos, Myanmar, dan Kamboja, masyarakat kuno mengawetkan ikan air tawar menggunakan campuran beras dan garam.
Iklim tropis yang panas membuat pengawetan makanan menjadi kebutuhan penting. Ikan dibersihkan, lalu disimpan dalam campuran tersebut selama berbulan-bulan. Saat akan dikonsumsi, nasinya dibuang karena terlalu asin.
Tradisi ini kemudian menyebar ke Tiongkok dan akhirnya ke Jepang, di mana praktik fermentasi ikan ini dikenal sebagai nare-zushi yang berarti “sushi matang”.
2. Evolusi Sushi di Jepang
Catatan tertua tentang nare-zushi di Jepang berasal dari periode Nara (710–794). Makanan ini dianggap berharga dan kerap dipersembahkan kepada istana kekaisaran.
Tak hanya kalangan elite, masyarakat biasa pun mengonsumsinya sebagai sumber protein. Bahkan, ikan fermentasi tersebut kadang direndam air panas untuk membuat semacam teh obat.
Seiring waktu, teknik pengolahan pun berevolusi. Pada era Muromachi (1336–1573), masyarakat mulai memperpendek waktu fermentasi dan mengonsumsi nasi bersama ikannya. Gaya baru ini disebut nama-nare, atau fermentasi sebagian.
Masuk ke awal periode Edo (1603–1867), fermentasi bukan lagi metode utama. Masyarakat Jepang mulai menggunakan cuka siap pakai untuk mencampur nasi, melahirkan gaya haya-zushi—sushi cepat saji yang bisa disantap dalam waktu singkat. Pada pertengahan 1700-an, hadir pula hako-zushi atau sushi kotak, dengan nasi dan fillet ikan yang dipadatkan dalam cetakan kayu.
3. Lahirnya Sushi Modern
Bentuk sushi yang kita kenal sekarang berasal dari inovasi seorang koki bernama Hanaya Yohei pada tahun 1824. Ia menciptakan nigiri-zushi, sushi berbentuk oval kecil dengan irisan ikan mentah, rebus, atau diasinkan di atas bola nasi cuka. Metode ini sangat praktis dan cepat disajikan, cocok bagi masyarakat kota yang serba dinamis.
Source | : | The Collector |
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR