Nationalgeographic.co.id—Dinosarus bukan hanya predator yang menjulang tinggi atau raksasa lembut yang menjelajahi lanskap prasejarah. Spesies prasejarah itu tidak hanya mewariskan fosil yang kini jadi pajangan museum, tetapi juga mengajarkan kita tentang salah satu tantangan manusia yang paling persisten, yaitu penyakit kanker.
Justin Stebbing, Profesor Ilmu Biomedis di Anglia Ruskin University, dan rekan-rekannya meneliti bagaimana jaringan lunak yang telah menjadi fosil dinosaurus, yang telah terawetkan selama puluhan juta tahun, dapat mengungkapkan wawasan baru tentang protein purba yang suatu hari nanti dapat membantu penelitian kanker.
Selama beberapa dekade, penelitian dinosaurus difokuskan pada tulang, yang kemungkinan besar akan terawetkan. Namun, tulang saja tidak dapat menceritakan kisah lengkap tentang bagaimana hewan ini hidup, atau bagaimana mereka mati. Kemajuan teknologi, seperti paleoproteomik (studi tentang protein purba) kini memungkinkan para ilmuwan untuk menganalisis fragmen halus jaringan lunak yang terawetkan dalam fosil.
Pada tahun 2016 ada sebuah artikel tentang penemuan fosil baru di Rumania dengan tumor di rahangnya. Sisa-sisa itu berasal dari dinosaurus bernama Telmatosaurus transsylvanicus, "burung rawa" pemakan tumbuhan berparuh bebek. Spesimen itu hidup antara 66-70 juta tahun lalu di Cekungan Hateg di Rumania saat ini.
"Saya terpesona dengan apa yang bisa kita pelajari dari ini. Meskipun ada beberapa laporan sebelumnya tentang kanker pada tulang dinosaurus lain, dan temuan sebelumnya tentang jaringan lunak seperti pembuluh darah pada fosil, tidak ada yang pernah mendeskripsikan jaringan lunak pada tumor purba," tulis Stebbing dalam sebuah artikel di The Conversation.
Untuk memahami lebih lanjut, tim Stebbing pergi ke Rumania dan mengumpulkan spesimen tersebut. Mereka membawanya kembali, dan membuat lubang kecil di dalamnya dengan bor selebar rambut manusia, mengambil sampel yang sangat kecil.
Kemudian mereka memasang sampel itu pada mikroskop yang kuat, yang disebut mikroskop elektron pemindaian. Di dalamnya, mereka melihat gambar sel darah, yang mengandung protein.
Dalam film Jurassic Park atau Jurassic World asli, para ilmuwan menciptakan atau mengkloning dinosaurus dari materi genetik purba. Namun pada kenyataannya selama jutaan tahun DNA tersebut rusak total.
Namun, tidak seperti DNA, protein dapat sangat stabil dari waktu ke waktu. Penelitian telah menunjukkan bahwa protein dapat bertahan dalam fosil selama jutaan tahun dalam kondisi yang tepat, bertindak sebagai kapsul waktu molekuler.
"Mempelajari protein ini dapat membantu kita merekonstruksi proses biologis, termasuk penyakit seperti kanker, yang memengaruhi dinosaurus," jelas Stebbing.
Wabah Modern dengan Asal-usul Kuno
Kanker sering dianggap sebagai wabah modern, tetapi memiliki asal usul kuno. Hewan besar yang berumur panjang, dari gajah hingga paus, merupakan sebuah paradoks. Ukuran dan umur panjang mereka seharusnya membuat mereka rentan terhadap kanker, tetapi banyak yang telah mengembangkan pertahanan yang luar biasa.
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR