Nationalgeographic.co.id—Inovasi terus bergerak maju, membuka cakrawala baru yang sebelumnya tak terbayangkan dan kini membentuk kembali dunia kita dengan kecepatan yang memukau.
Laporan Global Innovation Index 2024 dari World Intellectual Property Organization (WIPO) dengan gamblang menunjukkan lonjakan pesat di sektor-sektor seperti robotika, konektivitas 5G, dan perkembangan pesat kendaraan listrik.
Namun, di balik gemuruh kemajuan teknologi ini, muncul sebuah ironi yang mencolok dan patut direnungkan: inovasi hijau justru tertinggal jauh di belakang, secara paradoks memperparah indikator lingkungan yang semakin mengkhawatirkan.
Faktanya, jejak karbon dan suhu global terus menanjak, menjadi bukti nyata bahwa kemajuan yang kita banggakan seringkali datang dengan harga yang tak berkelanjutan bagi planet ini. International Energy Agency (IEA) bahkan melaporkan bahwa emisi CO₂ terkait energi mencapai angka mengejutkan 37,4 miliar ton pada tahun 2023, sebuah peningkatan signifikan sebesar 1,1% dari tahun sebelumnya.
Meskipun kesadaran global, pendidikan luas mengenai isu lingkungan, dan peringatan tanpa henti dari para pembuat kebijakan terus digaungkan, inovasi yang berpusat pada iklim masih kesulitan untuk menemukan pijakannya yang kuat.
Alat-alat transformatif memang sudah tersedia dan siap diimplementasikan, namun sayangnya, prioritas terhadap teknologi yang berpihak pada iklim masih kalah jauh dibandingkan dengan bidang inovasi lainnya yang lebih berorientasi pada keuntungan jangka pendek.
Dunia, seperti dipaparkan oleh Sandeep Chandna, Chief Sustainability Officer Tech Mahindra, di laman World Economic Forum, telah menyadari kebutuhan mendesak ini; kini yang dibutuhkan adalah tindakan berani dan terstruktur untuk menempatkan iklim sebagai jantung dari setiap upaya inovasi.
Lantas, apakah kita benar-benar sedang membangun masa depan yang berkelanjutan, ataukah kita sedang tanpa sadar menciptakan kehancuran bagi diri sendiri? Dan bagaimana kita bisa memastikan bahwa setiap langkah inovasi yang kita ambil adalah langkah menuju keberlanjutan sejati, bukan sekadar ilusi kemajuan?
Memikirkan Kembali Pedoman Inovasi Teknologi
Teknologi telah lama dipuja sebagai katalisator kemajuan, mengoptimalkan proses, meningkatkan kenyamanan, dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Ia telah merevolusi cara kita hidup, bekerja, dan terhubung, memungkinkan segalanya mulai dari pembayaran nirsentuh hingga otomatisasi berbasis kecerdasan buatan (AI).
Namun, di tengah dunia yang semakin terbebani oleh dampak iklim, metode yang digunakan untuk mendorong inovasi ini kini terlihat semakin tidak berkelanjutan.
Baca Juga: Sustainability: Menjelajahi Jejak Karbon dalam Secangkir Kopi Anda
Ambil contoh yang paling dekat: industri elektronik konsumen. Perangkat baru diluncurkan secara berkala, seringkali bahkan sebelum model sebelumnya sempat ditarik dari peredaran. Daya tarik akan peningkatan yang serba cepat ini telah memperburuk masalah limbah elektronik yang kian membengkak.
KOMENTAR